BI Rate Diprediksi Tetap Bertahan di Level 7,5 Persen

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 08 Desember 2015 | 21:25 WIB
BI Rate Diprediksi Tetap Bertahan di Level 7,5 Persen
Jumpa pers pengumuman BI rate di Kantor Bank Indonesia, Jakarta. (suara.com/Dian Kusumo Hapsari)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate diprediksi tetap di level 7,5 persen walaupun stabilitas makroekonomi semakin membaik, kata pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati.

"BI tetap 'keukeuh' (bersikeras) untuk menjaga stabilitas. Jadi saya kira BI rate akan tetap (7,5 persen)," ujar Enny saat dihubungi di Jakarta, Selasa (8/12/2015).

Menurut Enny, BI masih khawatir terkait efektivitas paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah guna menstimulus pertumbuhan ekonomi domestik.

 Komitmen realisasi fiskal dari pemerintah dinilai masih terbatas sehingga bank sentral tetap melakukan kebijakan moneter ketat.

"Jika paket kebijakan ekonomi efektif, BI punya ruang untuk menurunkan BI rate. Jadi, pemerintah dan BI perlu membangun komitmen fiskal-moneter bersama," ujar Enny.

Ekonom senior Anton Gunawan juga mengatakan BI tidak akan memangkas suku bunga untuk mencegah arus modal keluar (capital outflow).

Dengan masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, terutama karena kemungkinan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (Fed Fund Rate) dan keberagaman kebijakan moneter yang ditempuh oleh Bank Sentral Eropa, Jepang, dan Tiongkok, maka Bank Indonesia akan tetap berhati-hati dalam menempuh langkah pelonggaran kebijakan moneter.

"BI cenderung ngeri terhadaap capital outflow sehinggaa stimulus dalam bentuk pelonggaran moneter baru diberikan sinyal sebulan terakhir ini," ujar Anton.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada pertengahan November lalu memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,5 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.

Sementara itu, RDG memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam Rupiah, dari sebelumnya 8 persen menjadi 7,5 persen, berlaku efektif sejak 1 Desember 2015.

Pelonggaran kebijakan moneter melalui penurunan GWM Primer diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pembiayaan perbankan untuk mendukung kegiatan ekonomi yang mulai meningkat semenjak triwulan III 2015.

RDG Bank Indonesia berikutnya akan digelar pada 17 Desember mendatang. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI