Suara.com - Pemerintah menargetkan penerbitan Surat Berharga Negara ritel pada 2016 dapat memenuhi 12 persen dari total rencana penerbitan Rp532,4 triliun.
Direktur Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan di Jakarta, Senin (7/12/2015), mengatakan penjualan SBN ritel tersebut untuk meningkatkan kepemilikan aset investor domestik dalam portofilio surat utang pemerintah.
"Instrumen ritel lain untuk kepemilikan domestik jadi salah satu opsi kebijakan yang akan kami lakukan," ujarnya.
Robert mengatakan peningkatan kepemilikan aset domestik dalam portofolio SBN perlu dilakukan karena kepemilikan asing saat ini sudah mencapai 37,4 persen. Dengan porsi aset asing yang cukup besar itu, pasar SBN domestik cukup rentan terhadap tekanan dari ketidakpastian ekonomi global.
"Dengan kepemilikan asing seperti itu, sangat rentan jika terjadi 'reversal' (pelarian arus modal)," ujarnya.
Setidaknya, Kemenkeu sudah merencakan empat instrumen obligasi ritel yang akan diterbitkan 2016 yakni Obligasi Ritel Indonesia, "Saving Bond", Sukuk Ritel dan Sukuk Tabungan.
Robert yakin prospek penjualan SBN ritel tahun depan masih positif. Pasalnya pada 2015 saja, penerbitan dua instrumen ritel yakni Sukuk Ritel dan ORI telah melampaui target indikatif.
Realisasi penjualan Sukuk Ritel mencapai Rp21,9 triliun dengan 29 ribu investor. Sedangkan penjualan ORI mencapai Rp27,4 triliun dengan 49 ribu investor.
Selain rencana penerbitan SBN ritel, Kemenkeu menargetkan penerbitan SBN domestik mencapai 70-75 persen. Adapun SBN valuta asing berdenominasi dolar AS, Euro, Yen Jepang direncanakan mencapai 24-30 persen dari Rp532,4 triliun. (Antara)