Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui adanya perbedaan pendapat terkait penentuan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate, yang dalam beberapa bulan terakhir tidak mengalami penurunan atau kenaikan.
“Memang pasti ada perbedaan pendapatan, ada yang bilang harus turun, ada yang bilang tetap atau ada yang bilang naik. Memang ada perbedaan pendapat. Ada yang katakan nanti dulu, capital outflow-nya besar. Bagaimana cari titik optimumnya," kata Darmin, Senin (7/12/2015).
Kendati demikian, pihaknya lebih memilih berada di posisi tengah dan cenderung tidak ingin berpolemik atau memprovokasi untuk berkomentar terlalu jauh. Pasalnya, hal ini dapat membuat pasar menjadi tidak stabil dan gaduh.
“Saya masih coba menahan diri untuk tidak provokasi terlalu jauh. Nanti kita cari jalannya pelan-pelan, saya bicara dengan Menteri Keuangan dan Gubernur BI saja langsung nanti,” ungkapnya.
Ia mengatakan, secara keseluruhan, Darmin melihat kebijakan makro ekonomi baik fiskal dan moneter dituntut untuk penuh kehati-hatian. Namun bukan berarti harus terus menerus bertahan di posisi aman.
"Kebijakan fiskal dan moneter yang prudent dalam situasi ini? Saya artikannya, suatu kebijakan yang bukan sekedar mau aman tapi tidak punya daya ungkit ke dalam perekonomian. Cuma kalau terlalu nekad sehingga jadi bertaruh dengan nasib republik itu sangat salah. Jadi prudent adalah bagaimana berhati-hati tapi tidak kehilangan upaya untuk mendoronf atau ciptakan daya ungkit," tegasnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, dari sisi fiskal ia melihat ada sebuah dorongan agresif terhadap pertumbuhan ekonomi. Khususnya dari sisi belanja pemerintah. “Memang dibutuhkan kehati-hatian untuk menghindari perbedaan pendapat ini,” ungkapnya.