Defisit Anggaran, Pemerintah Cari Tambahan Utang Rp605,3 Triliun

Senin, 07 Desember 2015 | 13:55 WIB
Defisit Anggaran, Pemerintah Cari Tambahan Utang Rp605,3 Triliun
Ilustrasi.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah melalui Kementerian Keuangan berencana akan mencari tambahan utang sebesar Rp605,3 triliun pada tahun 2016. Hal ini dilakukan guna menutupi kebutuhan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 yang mencapai Rp2 ribu triliun.

Tambahan utang tersebut akan dialokasikan untuk menambal defisit anggaran yang dipatok 2,15 persen atau Rp 273,2 triliun di tahun depan. Hal ini diungkapkan oleh Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Robert Pakpahan dalam acara Investor Gathering 2015 "Bersama Membangun Indonesia."

"Pembiayaan utang Rp 605,3 triliun ini untuk menutup defisit anggaran di 2016 sebesar Rp 273,2 triliun, investasi Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp 58,1 triliun, membiayai utang yang jatuh tempo Rp 256 triliun, pengelolaan portofolio utang Rp 3 triliun‎ dan SPN cash management Rp 15 triliun," kata Robert pada Senin (7/12/2015).

Ia menjelaskan, pencarian utang akan dilakukan dengan cara menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) gross sebesar Rp 532,4 triliun, penarikan pinjaman luar negeri non SLA sebesar Rp 69,2 triliun serta penarikan pinjaman dalam negeri senilai Rp 3,7 triliun.

Di lokasi yang sama, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro tak menampik tidak akan mudah bagi pemerintah untuk mencari tambahan pinjaman pada 2016 mendatang. Pasalnya kondisi perekonomian global yang masih penuh ketidakpastian. Seperti kebijakan moneter Amerika Serikat dan perlambatan ekonomi Cina yang berpengaruh terhadap pasar keuangan akan menjadi penghambat bagi Indonesia.

"Inilah tantangan di 2016, makanya kebutuhan pembiayaan masih sangat kritikal. Kemenkeu diharapkan menjalankan tugas yang tidak mudah ini. suku bunga masih gradual tahun depan, persaingan lelang masih ketat. Ini menjadi hambatan bagi Indonesia,” tegasnya.

Meski demikian, Bambang mengaku tetap menatap optimis perekonomian global tahun depan dan berdampak terhadap domestik.

"Kondisi 2016 meskipun banyak yang lebih optimis, tapi sekali lagi kita berada di global yang tidak pasti. Jadi 2016 pasti lebih porspetif, meskipun ada harapan lebih baik, tapi harus hati-hati," ungkapnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI