Suara.com - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menyatakan bahwa sektor pariwisata merupakan pendorong pembangunan ekonomi dalam jangka panjang di kawasan Bali dan Nusa Tenggara.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati, mengatakan bahwa angka pertumbuhan ekonomi di kawasan Bali dan Nusa Tenggara tumbuh menggembirakan di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, khususnya di kawasan Timur Indonesia.
Pertumbuhan itu didukung oleh tiga sektor utama yang menjadi penggerak perekonomian di kawasan itu, seperti sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Bali-Nusra sebesar 20,8 persen.
Selain itu, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum 11,8 persen dan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor 10 persen.
Perekonomian Bali dan Nusa Tenggara, kata dia, berkontribusi sekitar 2,87 persen terhadap perekonomian nasional dan mengalami peningkatan pada triwulan ketiga pada 2015 dengan pertumbuhan mencapai 11,75 persen.
Provinsi NTB, kata dia, mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi, yakni 26,12 persen disusul Bali dengan 6,29 persen, dan NTT 5,11 persen.
"Angka pertumbuhan di masing-masing daerah itu masih lebih tinggi dibandingkan dengan nasional yang tumbuh sebesar 4,7 persen," ujar Dewi pada acara pelatihan wartawan ekonomi dan bisnis di kawasan wisata Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (5/12/2015).
Dewi juga mengatakan bahwa laju inflasi di Bali dan Nusa Tenggara yang mencakup Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur masih terjaga dengan baik karena kondisi ekonomi yang relatif stabil di tiga provinsi itu.
"Relatif stabilnya laju inflasi Bali-Nusra karena pengembangan ekonomi yang dijadikan sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional," kata dia.
Dewi menyebutkan, pada November 2015, inflasi Bali-Nusra tercatat sebesar 4,42 persen "year on year" (yoy). Lebih rendah dibanding inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,89 persen (yoy).
"Bahkan inflasi di Bali-Nusra sekarang jauh lebih rendah dari inflasi di Kawasan Timur Indonesia sebesar 5,72 persen," ujarnya.
Menurut dia, perkembangan inflasi yang cukup baik saat ini tidak terlepas dari sinergitas dan upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Bali, NTB dan NTT.
Diharapkan capaian tersebut akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kawasan Timur Indonesia, khususnya di tiga provinsi itu (Bali-Nusra).
Selain inflasi, kata Dewi, kondisi perbankan di Bali, NTB dan NTT sebagai penopang utama stabilitas sistem keuangan menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan kondisi nasional.
Meskipun tumbuh terbatas, kredit perbankan di Bali-Nusra pada September 2015, tercatat sebesar 13,53 persen. Angka itu di atas pertumbuhan kredit perbankan secara nasional sebesar 11,09 persen.
Meski demikian, tidak dipungkiri jika kredit yang disalurkan perbankan di Bali-Nusra, masih didominasi kredit konsumtif, yakni mencapai 42,35 persen. Selebihnya kredit modal kerja sebesar 34,87 persen dan kredit investasi sebesar 22,78 persen.
"BI sudah ada kebijakan yang mendorong perbankan untuk memperbesar penyaluran kredit ke sektor produktif dan itu sedang berjalan," tutup Dewi. (Antara)
Laju Ekonomi Bali dan Nusa Tenggara Lampaui Pertumbuhan Nasional
Liberty Jemadu Suara.Com
Sabtu, 05 Desember 2015 | 09:03 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Siapa Saja yang Boleh Muncul di Uang Rupiah? BI Tanggapi Usulan Uang Kertas Gambar Jokowi
27 November 2024 | 12:30 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI