OJK Bersikeras Tingginya Bunga Bank Masih Wajar

Kamis, 03 Desember 2015 | 15:13 WIB
OJK Bersikeras Tingginya Bunga Bank Masih Wajar
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad [suara.com/Dian Kusumo Hapsari]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Kuangan (OJK) Muliaman Hadad mengakui bahwa tingkat bunga kredit perbankan saat ini masih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain. Namun menurutnya, tingginya bunga dan berbeda-beda saat ini merupakan hal yang wajar.

“Ini hal yang wajar saat ini. Karena perusahaan masih banyak memikirkan pembiayaan. Jadi kalau mau diturunkan harus bertahap dan pelan-pelan. Kalau pemberian kredit yang masih beda juga wajar, karena semakin mereka kenal perusahaannya, mereka semakin percaya dan margin risikonya lebih kecil,” kata Muliaman saat berbincang dengan Suara.com di gedung DPR, Kamis (3/12/2015).

Ia menjelaskan, biaya yang dimaksud adalah jika perusahaan perbankan diminta untuk menurunkan bunga kreditnya, maka penurunan tersebut membutuhkan biaya untuk penurunan bunga tersebut.

“Kalau bunga deposito masih tinggi, tingkat suku bunga masih tinggi otomatis bunga kredit pasti tinggi. Jadi kalau mau menurunkan bunga kredit itu mereka harus mengeluarkan biaya penurunannya. Tapi penurunan ini nggak bisa lagsung memang harus bertahap. Nah sekarang kita memang sedang melakukan penurunan secara gradual. Semoga bisa turun tapi perlahan,” tegasnya.

Ia pun berharap, dengan tekanan likuiditas yang relative lebih longgar, maka ada peluang bagi perbankan di Indonesia untuk menurunkan bunga kredit tersebut.

“Ada peluang ini ke depan. Karena tekanan likuiditasnya mulai longgar. Jadi kita berharap bunga kredit bisa turun lah, tapi memang perlu diingat ini membutuhkan waktu yang agak panjang,” ungkapnya.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengkritik tingginya suku bunga kredit industri perbankan tanah air. Menurutnya, dengan bunga masih diatas 10%, dunia usaha Indonesia kesulitan memiliki daya saing yang sama dengan pelaku usaha dari negara lain. Tingginya bunga kredit perbankan juga menghambat minat investor asing berinvestasi dengan gencar di Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI