Apindo Yakin Pengusaha Nasional Beralih Gunakan Yuan

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 02 Desember 2015 | 15:55 WIB
Apindo Yakin Pengusaha Nasional Beralih Gunakan Yuan
Ilustrasi mata uang Yuan. (Shutterstocks)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi Sukamdani meyakini pengusaha-pengusaha domestik dan mitra dagang di Cina akan beralih menggunakan reinminbi atau yuan ketimbang dolar AS, setelah internasionalisasi mata uang tersebut diputuskan Dana Moneter Internasional.

Internasionalisasi yuan juga akan mendorong kinerja eskpor dari Indonesia karena akan meningkatnya permintaan dari negeri Tirai Bambu tersebut, kata Hariyadi di Jakarta, Rabu (2/12/2015).

"Dengan ketentuan ini (masuknya Yuan ke keranjang cadangan devisa IMF), semuanya akan berubah, kebiasaan pengusaha juga akan beralih," ujarnya.

Selama ini, menurut Hariyadi, dalam bertransaksi, para pengusaha Indonesia dan Cina belum menggunakan yuan. Mitra dagang dari Cina, lanjut dia, lebih memilih menggunakan dolar AS.

Selain memperbaiki kinerja perdagangan, peningkatan penggunaan yuan dalam transaksi finansial Indonesia juga akan mengurangi kerentanan gejolak yang ditimbulkan oleh menguatnya dolar AS.

"Portofolio perdagangan kita, tidak akan hanya menggunakan dolar AS. Itu baik bagi pasar finansial domestik," ujarnya.

Ketua Dewan Pertimbangan Apindo Sofjan Wanandi juga menilai pengusaha Indonesia dan Cina akan cepat beralih menggunakan Cina. Apalagi, antara Indonesia dan Cina sudah terjalin kesepakatan bilateral currency swap arrangement (BCSA) yang terus diperpanjang secara periodik.

Nilai BCSA antara dua negara juga telah ditambah menjadi 20 miliar dolar AS dari sebelumnya 15 miliar dolar AS.

"Sekarang, penggunaan Yuan ini perlu terus disosialiasasikan ke pengusaha," kata dia secara terpisah.

Sebelumnya, Menko Perekonomian Darmin Nasution menilai pengukuhan Yuan sebagai mata uang internasional tidak akan memberikan dampak positif dalam waktu dekat terhadap neraca perdagangan Indonesia. Manfaatnya, ujar Darmin, baru terasa di jangka menengah dan jangka panjang.

Dia menilai, pemerintah, Bank Indonesia, dan pelaku usaha juga perlu mempertimbangakan bagaimana kebijakan Cina terhadap nilai mata uangnya di waktu yang akan datang. Selain itu, lanjut Darmin, dampak dari kondisi fundamental ekonomi dan pasar finansial Cinajuga harus menjadi tinjauan dalam internasionalisasi reinmimbi ini.

"Memang bagus ada alternatif mata uang, Tapi negatifnya, jika dia (yuan) menguat, bisa ceritanya lain lagi," kata dia.

Adapun Cina merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Nilai perdagangan antara kedua negara sepanjang Januari-September mencapai 32,8 miliar dolar AS. Namun, Indonesia mengalami defisit 10,5 miliar dolar AS, berdasarkan data Kementerian Perdagangan. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI