Suara.com - Federasi Serikat Pekerja Media (FSPM) Independen mengakui industri media cetak saat ini sedang terpukul. Walau demikian, kiamat tidak akan sampai terjadi terhadap industri media cetak dalam negeri.
Ketua FSPM Independen, Abdul Manan, mengutarakan sepanjang 1 tahun terakhir, secara umum pertumbuhan industri media mengalami penurunan. Kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat membuat dunia usaha mengurangi biaya promosi atau iklan. “Sehingga pendapatan iklan industri media tahun ini memang tak sebagus tahun lalu,” kata Manan saat diwawancarai oleh suara.com, Jumat (20/11/2015).
Hingga akhir tahun 2014, di Indonesia terdapat 312 harian, 173 mingguan, 82 bulanan, 1.116 radio, 394 televisi, 211 media online. Total terdapat 2.338 media massa yang saat ini mewarnai dunia pers Indonesia.
Manan merujuk data Nielsen dimana belanja iklan media massa sampai Kuartal II 2015 mencapai Rp31,74 triliun. Jumlah ini hanya menunjukkan pertumbuhan sebesar 6 persen dibanding Kuartal II tahun lalu yang mencapai Rp29,82 triliun.
Adapun pertumbuhan iklan surat kabar jauh lebih buruk. Data Nielsen menunjukkan belanja iklan surat kabar di Kuartal II 2015 mencapai Rp8,23 triliun. Jumlah ini menunjukkan penurunan 4 persen dibanding Kuartal II 2014 yang mencapai Rp8,59 triliun.
Situasi untuk industri media cetak memang lebih berat dengan adanya penyebab kedua. Yakni adanya migrasi pola baca sebagian masyarakat dari media cetak ke media online (internet). Penetrasi internet yang semakin dalam di kehidupan masyarakat Indonesia membuat keberadaan surat kabar semakin banyak ditinggalkan. “Ini membuat tiras penjualan surat kabar di Indonesia terus menurun,” ujar mantan Sekjen AJI Indonesia tersebut.
Data Nielsen menunjukkan tahun 2013 tiras penjualan media cetak mencapai 23.340.175. Jumlah ini menurun 4,48 persen dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 23.341.075. Sejauh ini Majalah Detik Epaper, Harian Jakarta Globe, dan Harian Bola sudah berhenti terbit. Manan juga mengakui ada kabar Sinar Harapan juga kemungkinan tutup tak akan lama lagi.
Namun Manan optimis kondisi ini bukan berarti industri media cetak menghadapi kiamat. Sebab meski hampir semua media cetak terkemuka mengalami penurunan tiras penjualan, upaya adapatasi perkembangan zaman juga sudah dilakukan. Seperti Harian Kompas yang telah memunculkan Kompas Epaper dan Majalah Tempo yang memunculkan produk Majalah Tempo Epaper.
“Saya kira industri media cetak masih akan bisa bertahan,” tambah Manan.