Suara.com - Pegadaian syariah atau Ar-Rahn menggunakan akad utang piutang dengan menjadikan barang yang mempunyai nilai sebagai jaminan. Pembiayaan Ar-Rahn ini memberikan pinjaman kepada nasabahnya dengan jaminan yang dipegang oleh pegadaian syariah. Pegadaian syariah akan mengenakan biaya pemeliharaan tertentu. Di sana Pegadaian Syariah mendapatkan laba. Ar-Rahn merupakan kombinasi antara prinsip Ar-Rahn dengan Ijarah (sewa menyewa).
Dalam sistem Pegadaian Syariah terdapat prinsip-prinsip dasar yang perlu diketahui. Di antaranya soal tarif ijaroh. Tarif ijaroh adalah tarif untuk barang jaminan yang dikenakan biaya hanya sebesar Rp80 per-10 hari masa penyimpanan. Sementara untuk setiap kelipatan taksiran barang jaminan sebesar Rp. 10.000. Tarif harta gadai pada emas yaitu sebesar 90 persen dari taksiran, yang akan diterima oleh rahin atau nasabah.
Perbedaan mendasar antara Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional terlihat dari keuntungan yang diambil. Di Pegadaian Konvensional keuntungan diambil dari bunga atau jasa uang.
Pegadaian Syariah mulai beropersi sejak 2003. Sampai Oktober 2015, jumlah gerai Pegadaian Syariah mencapai 611 outlet di seluruh Indonesia. Itu terdiri dari 83 cabang dan 528 kantor unit. Jumlah itu kebanyakan terdapat di Pulau Jawa, penyebarannya tidak merata. Padahal cita-citanya, pegadaian ingin mempunyai gerai di seluruh Kabupaten.
Pertumbuhan pemberian kredit gadai syariah rata-rata tumbuh 12 persen pertahun sejak didirikan. Tahun lalu OSL yang diberikan mencapai Rp3,08 triliun. Sementara perhitungan OSL tahun 2015 ini sampai Agustus sebanyak Rp3,32 triliun.
Sementara untuk jumlah nasabah, se-Indonesia nasabah Pegadaian Syariah sebanyak 600 ribuan. Ini jauh lebih sedikit di bandingkan jumlah nasabah pegadaian konvensional. Sementara jumlah karyawan pegadaian Syariah hanya 11 persen dari jumlah seluruh karyawan PT Pegadaian.
Dari jumlah OSL yang diberikan didominasi nilai kredit gadai emas. Padahal pegadaian syariah mempunyai berbagaimacam produk pemberian kredit. Di antaranya Kredit KCA, Kredit Angsuran Fidusia untuk pengembangan UMKM, Kredit Angsuran Sistem Gadai untuk pengusaha mikro dan kecil, Gadai Syariah ( Ar- Rahn), jasa taksiran, jasa titipan, Krista untuk pinjaman ke usaha rumah tangga, ARRUM (ar-rahn untuk usaha mikro kecil), dan Kucica (Kiriman Uang Cara Instan, Cepat dan Aman) untuk jasa pengiriman uang dalam dan luar negeri yang bekerjasama dengan Western Union.
Sementara untuk produk gudang tidak banyak dilayani oleh Gadai Syariah. Manajer Operasional Pegadaian Syariah Pusat, Triantono beralasan tidak banyak gerai yang mempunyai tempat penyimpanan. Secara nasional kontribusi barang gudang yang digadai hanya 2 persen.
Hanya saja tahun 2013 kemarin, Pegadaian Syariah kembali menggenjot gadai dengan barang gudang. Sebab potensi gadai dengan barang gudang dinilai besar. Tahun 2006, gadai barang gudang atau non emas di Pegadaian Syariah mencapai 15 persen.
“Kita menggiatkan barang gudang lagi. Dengan pertimbangan banyak permintaan dari masyarakat keterkaitan kebutuhan modal kerja dan dana mendadak dengan tarif yang murah,” jells Triantono.
Di PT Pegadaian Persero, bisnis Pegadaian Syarian masih masih menyatu dengan konvensional. Total laba PT Pegadaian baik syariah maupun konvensional tahun 2014 sebanyak Rp1,7 triliun. Khusus untuk unit usaha Pegadaian Syariah labanya sebesar Rp250 miliar.
Sampai saat ini pegadaian syariah masih mengembangkan bisnis gadai. Di antaranya melakukan sosialisasi produk dan penambahan gerai. Hanya saja dalam 3 tahun terakhir, pegadaian tidak menambah gerai untuk unit syariah.
Namun di kurun waktu 2008, 2009, sampai 2012 pertumbuhan gerai pegadaian sangat tinggi. Sampai 2012 total gerai sampai 4.000 unit untuk konvensional dan syariah. Namun pertumbuhan itu dinilai tidak visible dengan sumber daya manusia dan prospek bisnis. Makanya banyak gerai yang ditutup dan sebagian direlokasi.
Saat ini pegadaian berhati-hati dalam menambah gerainya. Mereka memberikan syarat khusus. Sebulan tiap gerai harus memenuhi OSL minimal Rp3 triliun pertahun.
"Tahun depan (2016) kita diberikan kuota untuk membuka 7 gerai se-Indonesia. Yah kita bersyukur," kata Triantono.
Menurut Tri Pegadaian Syariah memang sengaja tidak ingin terlalu masif ekspansi. Sebab sumber daya manusianya masih terbatas. Maka itu ke depan gadai syariah akan melakukan kerjasama dengan gadai konvensional. Nasabah bisa transaksi dengan sistem syariah di gerai konvensional.
"Saat ini ekspansi tidak terlalu diutamakan. Tapi yang sedang diutamakan adalah memaksimalkan pelayanan outlet-outlet. Kalau ini sudah sehat, untuk pengembangan berikut nggak akan jadi kendala," kata dia.
Berinovasi
Pegadaian Syariah ingin terus berinovasi, namun tidak mengubah basis dan akar utama bisnis pegadaian. Nantinya pegadaian akan mengeluarkan produk baru di bidang pembiayaan. Program pembiayaan itu adalah pembiayaan pendidikan, pembiayaan kendaraan bermotor dan perumahan. Sistem ketiganya tengah dirancang.
"Skema pembiayaan rumah itu untuk pembiayaan pembuatan pembangunan rumah. Nasabah beli rumah, kemudian ada yang dijaminkan di pegadaian. Bentuknya bisa perhiasan. Ini diperuntukan untuk renovasi perbaikan rumah," jelasnya.
Tahun 2019, Pegadaian Syariah ditargetkan bisa berdiri sendiri atau spin off. Sekarang pun sudah menuju proses ke sana. Keuangan Pegadaian Syariah sudah dikelola sendiri. Saat Spin off, Pegadaian Syariah akan bekerjasama dengan perbankan syarian untuk program pembiayaan dan permodalan. Spin off ini untuk menghadapi persaingan perbankan syariah di era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Pegadaian akan mengunggulkan kedit pembiayaan yang cepat.
“Yang bisa diandalkan adalah kecepatan kita. Kecepatan proses transaksi, kita standar 15 menit secara nasional. Itu salah satu komitmen yang ada kita lakukan,” jelas Tri.