Gadai Syariah Dipilih karena Lebih Murah

Selasa, 17 November 2015 | 10:51 WIB
Gadai Syariah Dipilih karena Lebih Murah
Transaksi nasabah di Pegadaian Syariah wilayah Bekasi. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Barang yang digadai di Pegadaian Syariah Metro Boulevard tidak hanya sebatas emas. Barang elektronik juga digadaikan dengan sistem syariah. Gadai itu diistilahkan sebagai barang gadai gudang. Namun jumlah gadai gudang tidak banyak. Rata-rata dalam sepekan, hanya ada 1 orang yang menggadaikan barang gudang. Barang yang digadaikan seperti laptop, LCD, ponsel dan televisi.

Keterbatasan tempat penyimpanan membuat kebanyakan gerai pegadaian syariah jarang ingin menerima barang gudang itu. Sebab pegadaian menerima barang gadai benda bergerak. Sehingga yang menjadi jaminan adaah fisik barang. Sehingga khusus gerai Metro Boulevard, hanya barang gudang tertentu yang diterima.

Di antaranya laptop, ponsel dan LCD TV. Ukurannya yang kecil membuat barang-barang itu bisa disimpan di lemari. Barang-barang itu pun tidak banyak yang bisa diterima sebagai jaminan gadai, karena terlalu berisiko. Persentase gadai emas dan barang gudang sekitar 98 persen berbanding 2 persen.

“Di sini lebih banyak gadai emas karena tempat penyimpanan kita terbatas. Kalau barang gudang, membutuhkan gerai yang berlahan luas,” kata Wahidin.

Juru Taksir di Pegadaian Metro Boulevard, Nurma Aprilia Putri bercerita tidak muda untuk melakukan taksir terhadap barang gudang. Dia kebanyakan menaksir barang gadai seperti ponsel dan laptop. Kebanyakan yang menggadaikan barang itu adalah mahasiswa. Pegadaian Metro Boulevard dekat dengan Universitas Presiden di Jababeka, jaraknya hanya 3,5 km. Sementara kebanyakan mahasiswanya indekos di perkampungan padat dan perumahan di sekitaran Jababeka.

Barang gudang mempunyai tingkat risiko tinggi. Sebab kemungkinan barang palsu dan rusak ‘menghantui’. Maka itu butuh kejelian juru taksir dalam menaksir harga barang sampai kelayakan. Nurma bercerita dia harus mempunyai pemahaman bagus soal barang elektronik. Termasuk, dia wajib tahu perkembangan teknologi ponsel dan spesifikasi laptop.

Perempuan yang sudah 6 tahun menjadi penaksir di pegadaian itu mempunyai wawasan luas soal teknologi, terutama ponsel dan laptop. Dua barang gudang itu paling banyak digadaikan di Pegadaian Syariah Metro Boulevard. Sebab juru taksir dinilai sebagai ujung tombak yang menentukan keuntungan atau laba unit pegadaian baik konvensional maupun syariah.

Jika penaksir salah menaksir barang jaminan murtahin tersebut seperti terlalu besar menaksir dari nilai yang sebenarnya, maka penaksir tersebut akan dikenakan TGR (Tuntutan Ganti Rugi) sebesar uang pinjaman yang diberikan rahin sementara pegadaian akan mengalami kerugian. Kesalahan penaksiran bisa terlihat setelah proses lelang jika nasabah gagal bayar.

“Kalau salah taksir misalnya ponsel itu palsu alias KW. Lalu ada kerusakan yang nggak terdeteksi,” papar Nurma.

Dalam menganalisa ponsel atau laptop, juru taksir tidak perlu membongkar ponsel atau laptop itu. Adak ode tertentu yang harus dipahami penaksir. Misal pada ponsel ada nomor IMEI dan kode registrasi ponsel. Kode ini mudah terdeteksi pada ponsel merk Iphone. Juru taksir akan langsung menolak barang gudang yang diragukan keaslian dan kondisinya. Terutama kondisi mesin dan sistem operasi elektronik.

“Di ponsel tertentu banyak yang KW. Misal produk KW dari Cina. Ini banyak barang palsu,” kata dia.

Nilai pinjaman gadai akan diputuskan senilai 55 persen dari harga taksiran barang. Semisal ponsel bekas yang saat ini harga pasarannya Rp1.000.000, nilai taksiran akan dimulai dari 90 persen harga pasaran itu. Jika barang dalam kondisi lecet, maka persentase taksiran akan berkurang menjadi di bawah 90 persen. Begitu seterusnya. Setelah diputuskan nilai taksiran, maka akan dikalikan 55 persen.

Misal sebuah ponsel diperkirakan mempunyai harga pasaran Rp1.000.000. Namun setelah ditaksir, harganya turun mejadi Rp800.000. Maka plafon pinjaman yang diberikan ke nasabah itu Rp440.000. Nasabah harus mengembalikan uang itu ditambah ijaroh yang sudah dihitung sama seperti emas.

Sebagai juru taksir, Nurma selalu mendapatkan pendidikan tambahan paling tidak setahun sekali oleh PT Pegadaian Pusat. Pendidikan tambahan itu berupa workshop penambahan kompetensi penaksir. Workshop itu untuk membahas perkembangan teknologi, bahkan skema kejahatan penipuan sampai pemalsuan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI