Ini Alasan Pasar Modal Indonesia Belum Maju Versi Wapres

Kamis, 12 November 2015 | 12:10 WIB
Ini Alasan Pasar Modal Indonesia Belum Maju Versi Wapres
Wapres JK di Acara Kampanye Nabung Saham [Suara.com/Dian Kusumo Hapsari]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, perkembangan pasar modal di Indonesia hingga saat ini masih belum memuaskan. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat untuk berkecimpung di pasar modal.

"Jadi memang pasar modal kita saat ini belum mengembirakan. Dimana kepemilikan saham mayoritas di kuasi asing sebanyak 65 persen, ini yang artinya perusahaan-perusahaan yang go public ini semuanya perusahaan asing. Kenapa yang domestik kecil, karena mereka belum paham betul dengan pasar modal saham ini," kata JK saat membuka kampanye "Yuk Nabung Saham" di gedung Bursa Efek Indonesian, Jakarta Selatan, Kamis (12/11/2015).

Ia juga menjelaskan, masyarakat di Indonesia belum bisa bersaing dengan negara-negara seperti Cina dan Singapura. Jadi di Indonesia ini masyarakatnya masih berpikir, kalau investasi saham ini hanya untuk golongan tertentu.

"Kita masih belum bisa bersaing dengan negara-negara seperti Cina dan Singapur yang pasr modalnya sudah sangat maju luar biasa. Masyarakat kita ini terlalu banyak yang dipikir, mulai dari kalau saham ini hanya untuk golongan tertentu, hanya golongan yang mengerti dan sering ditafsirkan yang menakkutkan. Seharusnya ini kan bisa menjadi menjadi startegi untuk mencari pendanaan dengan jangka panjang," katanya.

Selain itu, lanjut JK, bunga depositi perbankan yang dinilai masih sangat tinggi, membuat masyarakat takut untuk berinvestasi. Pihaknya pun meminta kepada perbankan di Indonesia untuk tidak memasang bunga yang terlalu tinggi.

"Terus bunga perbankan kita ini masih tergolong tinggi loh. Kalau bungnya tinggi, mana ada orang yang minta untuk berinvetasi. Di Singapur saja 1 persen sudah termasuk tinggi. Makanya jangan pasang target terlalu tinggi, kan kalau nasabahnya banyak bisa menambah modal perusahaan," tegasnya.

JK berharap, dengan adanya kampanye "Yuk Nabung Saham" yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan ini mampu mendorong masyarakat untuk berinventasi saham di pasar modal dalam negeri.

"Sekarang dengan kampanye ini, masyarakat mempunyai keinginan menabung yang masih menguntungkan, jadi menabung disaham  sekaligus berinvestasi. Jadi perlu pendidikan di masyarakat untuk mengetahui ini.  Jangan samapai pas eko turun mereka bertanya-tanya. Jadi kestabilan antara perbankan dan pertumbuhan ekonomi harus seimbang," ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI