Cegah Krisis Listrik, Indonesia Wajib Bangun 35 Ribu MW

Jum'at, 06 November 2015 | 15:36 WIB
Cegah Krisis Listrik, Indonesia Wajib Bangun 35 Ribu MW
Ilustrasi tiang listrik. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan alasan mengapa Indonesia perlu membangun pembangkit listrik 35 ribu megawatt. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah krisis listrik di Indonesia.

Pasalnya, berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian ESDM, dari 23 sistem kelistrikan nasional, 11 diantaranya mengalami defisit atau kekurangan pasokan listrik. Defisit tersebut yang menyebabkan beberapa daerah kerap kali menikmati pemadaman listrik bergilir.

“Jadi ini memang sudah sangat mendesak. Karena kalau nggak segera dibangun, Indonesia bisa mengalami krisis listrik. Kalau di paksakan tidak membangun, bisa bahaya, karena gardu induk PLN ini usianya sudah uzur,” kata Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESD, Alihuddin, di kantornya, Jumat (6/11/2015).

Ia menjelaskan, oleh sebab itu,  pemerintah menugaskan PT PLN (Persero) membangun pembangkit listrik sampai 5 ribu Megawatt (MW), sedangkan sisanya 30 ribu MVakan digarap perusahaan produsen listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP).

"Karena kebutuhan listrik di 2015 diperkirakan 75 ribu MW, sementara kapasitas yang ada saat ini baru hampir 47 ribu MW. Sedangkan di tahun ini, kebutuhan listrik 51,4 ribu MW, dan kapasitas eksisting 44 ribu MW," tegasnya.

Ia menjelaskan, dengan dibangunnya proyek pembangkit listrik 35 ribu MW ini, juga dapat membuat perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat dan bermanfaat sekali untuk menggerakkan perekonomian di Indonesia.

"Proyek ini juga akan menyerap 301.300 km konduktor alumunium, 2.600 set trafo, dan 3,5 juta ton baja. Tenaga kerja yang bisa terserap secara langsung 650 ribu orang dan 3 juta orang tak langsung. Tingkat Komponen Dalam Negeri yang dibutuhkan sekitar 40 persen dengan investasi  29,2 juta dolar AS," ungkapnya.

Sekedar informasi, 11 daerah yang mengalami kekurangan listrik yakni, Aceh Sumatera Utara dengan pasokan 1.821 MW  dan terjadi defisit 5,22 persen. Diikuti Sumatera Barat , Riau dan Jambi 1.277 MW dan defisit 9,79 persen.

Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung  kapasitas 1.721 MW dan defisit 8,19 persen. Kalimantan Timur 459 MW dengan catatan defisit 1,04 persen, Kalimantan Barat 362 MW dengan defisit 8 persen, Belitung 35 MW defisitnya 14,90 persen.

Selain itu, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dengan catatan pasokan 504 MW dengan defisit 9,15 persen, Lombok 204 MW defisitnya 17,35 persen, Sulawesi Utara dan Gorontalo 307 MW dengan defisit 22,94 persen, Kendari 69 MW dan defisitnya 22,38 persen serta Jayapura dengan pasokan 69 MW.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI