Defisit Listrik Sudah Mengancam Indonesia

Adhitya Himawan Suara.Com
Jum'at, 06 November 2015 | 14:50 WIB
Defisit Listrik Sudah Mengancam Indonesia
Mati Lampu
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktorat Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Alihuddin Sitompul mengatakan defisit listrik di Indonesia sudah dalam kondisi terancam.

"Yang sudah normal dipertahankan, daerah yang kurang jangan sampai semakin berkurang, dan yang belum akan disegerakan dialirkan, saat ini fokus kami pada hal itu," kata Sitompul ketika berdiskusi dengan wartawan, di Jakarta, Jumat (6/11/2015).

Ia menjelaskan, contoh daerah yang sudah normal seperti Ambon, Nusa Tenggara Timur harusnya semakin baik karena di daerah tersebut tidak ada pasokan untuk industri, semuanya untuk konsumsi rumah tangga.

Beberapa daerah yang mengalami defisit antara lain, Aceh, Sumatera Utara dengan pasokan sebanyak 1.821 Megawatt (Mw) dan defisitnya 5,22 persen. Kemudian daerah lainnya, Sumatera Barat (Sumbar), Riau dan Jambi (SBT) pasokannya sebanyak 1.277 Mw, namun mengalami defisit 9,79 persen.

Sementara itu, daerah Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung (SBS) kapasitas pasokannya 1.721 Mw dan defisitnya 8,19 persen. Sedangkan, Kalimantan Timur 459 Mw dengan defisit 1,04 persen, Kalimantan Barat 362 Mw dengan defisit 8 persen, Belitung 35 Mw, defisitnya 14,90 persen.

"Contohnya Aceh dan Sumatera Utara, pemadaman listrik bisa tiga kali dalam satu hari, seperti minum obat kan," kata Alihuddin.

Daerah lain yang mengalami defisit juga adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, jumlah pasokannya 504 Mw, namun defisit 9,15 persen, Lombok 204 Mw defisitnya 17,35 persen, Sulawesi Utara dan Gorontalo 307 Mw dengan defisit 22,94 persen, Kendari 69 Mw, tetapi defisitnya 22,38 persen serta Jayapura dengan pasokan masih 69 Mw.

"Di Jawa saja kondisinya juga sebenarnya masih banyak daerah yang defisit, karena banyak industri, idealnya 'reset margin' adalah 30 persen, karena dari 30 persen tersebut sudah memperhitungkan variasi musim, cadangan kapasitas, pemeliharaan dan cadangan berbutar sendiri," katanya.

Variasi musim menjadi faktor karena Indonesia sebagian besar menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan ketika musim kemarau maka kapasitas turbin berputar tidak terlalu besar menghasilkan listrik.

"Nah dengan total 'reset margin' yang harusnya 30 persen tersebut, di Jawa saja cuma 1.17 persen, hal itu masih jauh dari normal. Oleh karena itu pemerintah sudah benar mencanangkan program 35.000 MW untuk pasokan listrik," katanya.

"Kalau tidak terjadi penambahan kapasitas, maka akibatnya akan berbahaya, karena gardu listrik di daerah-daerah kondisinya sudah sangat tua, tidak mampu menyalurkan banyak tenaga," tambahnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI