Bank sentral juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan membaik terutama didorong oleh meningkatnya belanja modal pemerintah, walaupun aktivitas perekonomian di sektor swasta masih berjalan relatif lambat.
Dengan situasi tersebut, Bank Indonesia menilai bahwa tekanan terhadap stabilitas makro mulai mereda sehingga ke depan terdapat ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter.
Namun, mengingat masih tingginya risiko ketidakpastian global, maka otoritas moneter akan tetap berhati-hati dan mencermati risiko global di tengah perkembangan pasar keuangan global yang lebih kondusif.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan pelonggaran kebijakan moneter yang akan dilakukan bank sentral, belum tentu terkait dengan kebijakan penurunan suku bunga acuan (BI Rate).
Mirza tidak menyebutkan instrumen lain dari kebijakan moneter selain penyesuaian suku bunga acuan. Namun ia memastikan adanya ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter melihat laju inflasi serta kinerja defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun.
"Ruang pelonggaran moneter karena dua faktor utama. Satu, inflasi kita bisa di bawah empat persen tahun ini. Kedua, CAD atau defisit transaksi berjalan kita itu terkendali di bawah 2,5 persen dan bisa di 2,1 persen," ujarnya.(Antara)