Bank Sumsel Babel Luncurkan BSC Cash November 2015

Adhitya Himawan Suara.Com
Jum'at, 30 Oktober 2015 | 16:21 WIB
Bank Sumsel Babel Luncurkan BSC Cash November 2015
Sejumlah warga antre dalam uji coba penyaluran dana bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) melalui uang elektronik yang memanfaatkan agen Layanan Keuangan Digital Bank Mandiri di Koja, Jakarta Utara, Rabu (8/10).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bank Pembangunan Daerah PT Bank Sumsel Babel siap meluncurkan uang elektronik bernama BSB Cash pada awal November 2015.

Direktur Bank Sumsel Babel Muhammad Adil di Palembang, Jumat mengatakan, produk ini dikeluarkan untuk memanfaatkan momen semakin meningkatnya tren penggunaan alat pembayaran berbasis kartu.

Selain itu, produk ini merupakan wujud dukungan perusahaan pada Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).

"Kartu ini akan menyasar kaum muda karena kartu ini bisa digunakan di merchant-merchant yang sudah bekerja sama dengan Bank Sumsel Babel. Tidak menutup kemungkinan dapat juga digunakan untuk alat pembayaran parkir elektronik," kata dia.

Ia mengemukakan, perusahaan menjajal produk ini karena menawarkan potensi yang cukup besar mengingat pangsa pasar Bank Sumsel Babel mencapai 58 persen per Juni lalu dari 1,8 juta nasabah.

Untuk jangka pendek, Adil mengatakan, perusahaan akan mencetak 20.000 keping kartu BSB Cash dengan maksimal nominal Rp1 juta.

"Dari sisi IT, Bank Sumsel Babel sudah bisa disejajarkan dengan bank-bank nasional lainnya. Dalam waktu dekat, kartu akan dicetak," ujar dia.

Sementara itu Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia Sumsel Hamid Ponco Wibowo mengatakan perbankan harus gencar mendorong nasabah dan masyarakat menggunakan transaksi nontunai dengan cara mengeluarkan produk berbasis teknologi.

"Pengaruh teknologi komunikasi (telepon seluler) sampai ke daerah terpencil dengan pengguna mencapai 270 juta jiwa atau melebihi jumlah penduduk karena banyak yang memiliki ponsel lebih dari satu. Artinya, kalangan perbankan harus memanfaatkan potensi ini untuk mendorong transaksi nontunai," kata dia.

Penggunaan alat pembayaran nontunai di Indonesia terbilang masih rendah dibandingkan negara lain di Asia karena dipengaruhi oleh budaya.

Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia pada 2013, sebagian besar masyarakat Indonesia ingin melihat barang terlebih dahulu sebelum membayar.

Dari rentang poin 1-100, jumlah transaksi tunai mencapai 84,1 atau menurun dari 95,5 jika dibandingkan 2012, kemudian pemakaian kartu debit dari 2,5 menjadi 5,4 poin, lalu kartu kredit dari 1,6 menjadi 9,9 poin. Untuk e-money relatif stabil di kisaran 0,3 poin, dan voucer dari 0,1 menjadi 0,4 poin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI