Suara.com - Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin meresmikan pabrik tekstil dan produk tekstil padat modal, PT Dynic Textile Prestige di Greenland International Industrial Center (GIIC) Cikarang, Jawa Barat.
"Apresiasi dan penghargaan saya sampaikan kepada PT Dynic Textile Prestige atas realisasi investasi yang dilakukan pada sektor non-woven textile, yang tentunya menambah kedalaman struktur industri Tekstil dan Produk Tekstil Nasional," kata Menperin di Cikarang, Rabu (28/10/2015).
Dalam sambutannya, Menperin mengatakan pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia terus tumbuh meskipun terjadi perlambatan ekonomi.
Menurut dia, perekonomian nasional pada tahun 2015 ini memang tumbuh relatif lebih lambat dibandingkan periode tahun 2013 dan 2014. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi (PDB) hingga triwulan II tahun 2015 mencapai 4,67 persen dibawah pertumbuhan ekonomi tahun 2014 yang sebesar 5,11 persen. "Namun, patut kita syukuri juga bahwa pertumbuhan industri manufaktur secara kumulatif hingga triwulan II tahun 2015 mampu mencapai 5,26 persen di atas pertumbuhan ekonomi," katanya.
Sementara itu, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sebagai salah satu sektor industri strategis, secara kumulatif mampu memberikan kontribusi sebesar 1,22 persen terhadap perekonomian nasional serta berperan terhadap perolehan devisa ekspor nonmigas sebesar 12,74 juta dolar Amerika Serikat (AS).
"Dengan statusnya sebagai salah satu industri padat karya utama, industri TPT juga berperan terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 10,6 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur," kata Menperin.
Sementara itu, meskipun secara global terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, namun investasi industri TPT cenderung naik setiap tahunnya dimana untuk tahun 2015 sampai dengan triwulan II investasi di sektor TPT telah mencapai Rp3.947,5 milyar baik PMA maupun PMDN.
Meski demikian, Menperin mengingatkan Indonesia masih harus terus melakukan upaya peningkatan investasi dan daya saing industri TPT karena peranan dan pangsa pasar industri TPT dalam negeri di dunia baru mencapai 1,8 persen. "Hal tersebut penting untuk mempertahankan kinerja baik industri TPT sebagai salah satu komponen penting perekonomian nasional yang telah memiliki kedalam struktur dari hulu ke hilir dengan diversifikasi produk yang beragam," katanya.
Pemerintah telah mengeluarkan langkah-langkah konkrit dan strategis melalui Paket Kebijakan Ekonomi yang di antaranya terkait dengan peningkatan daya saing industri, deregulasi perizinan, solusi permasalahan energi hingga penyelesaian dinamika permasalahan ketenagakerjaan. "Implementasi paket kebijakan ekonomi tersebut secara konsisten, diharapkan dapat memberikan angin segar bagi dunia industri untuk terus meningkatkan daya saing dan investasi," katanya.
Pertumbuhan industri sangat erat kaitannya dengan daya saing industri, tambahnya, oleh karena itu dalam mendorong pertumbuhan industri pihaknya sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan PT. Dynic Textile Prestige untuk berinvestasi di Indonesia pada sektor non-woven textile yang diaplikasikan untuk keperluan otomotif. Dengan demikian PT. Dynic Textile Prestige turut memperkuat struktur industri otomotif yang memberikan nilai tambah lebih besar di dalam negeri," kata Menperin.
Menperin mengatakan hal itu patut diberikan dukungan karena sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong pengembangan "advanced textile" di dalam negeri. "Kami berharap semakin banyak produsen TPT dalam negeri yang dapat melakukan diversifikasi pada produknya sehingga industri TPT berbasis teknologi tinggi dapat berkembang dengan baik, mengingat semakin meningkatnya kebutuhan akan produk advanced textile baik di pasar nasional maupun pasar global," katanya.
Nilai tambah Menperin berharap dengan semakin bertambahnya investasi di sektor technical textile akan memberikan nilai tambah positif bagi industri TPT dalam negeri.
PT Dynic Textile Prestige di Indonesia memproduksi dan menyuplai kebutuhan ekspor Jepang untuk keperluan otomotif pabrik Toyota, Honda, Nissan, dan lain-lain. Selain itu pabrik juga menyuplai utuk Tata Mobile India.
Pabrik juga memproduksi kebutuhan interior mobil non woven seperti karpet, sabuk pengaman, jok mobil dan lain-lain. Pabrik adalah joint venture Antara Dynic Corporation, Jepang 51 persen, TPCORP Thailand 44 persen dan SPI lima persen (Holding company TPCORP). Tahap pertama, pabrik akan memproduksi plavon mobil atau headliners, tahap dua karpet interior dan tahap tiga aksesoris internal mobil.
Nilai investasi pabrik adalah 14 juta dolar AS dan akan mendapat tambahan 4 juta dolar AS untuk tahap dua dan tiga. Saat ini, tenaga kerja di pabrik berjumlah 11 orang termasuk dua eksekutif manajemen yakni presiden direktur dan direktur pabrik. Kapasitas pabrik mampu menyerap 50 tenaga kerja.
Menperin Resmikan Pabrik Tekstil Baru di Cikarang
Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 28 Oktober 2015 | 18:42 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Tingkatkan Investasi Di Dalam Negeri, LG Segera Buka Fasilitas Produksi AC MULTI V
25 Mei 2023 | 13:47 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Bisnis | 15:11 WIB
Bisnis | 15:08 WIB
Bisnis | 14:57 WIB
Bisnis | 14:56 WIB
Bisnis | 14:44 WIB
Bisnis | 14:39 WIB
Bisnis | 14:37 WIB