Rupiah Perkasa Rp13.521, BI Tetap Waspadai Perkembangan Eksternal

Suwarjono Suara.Com
Jum'at, 09 Oktober 2015 | 17:11 WIB
Rupiah Perkasa Rp13.521, BI Tetap Waspadai Perkembangan Eksternal
Seorang warga tampak membawa poster 'Save Rupiah', di ajang Car Free Day (CFD) Solo, Jawa Tengah, Minggu (30/8/2015). [Suara.com/Labib Zamani]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bank Indonesia menyatakan masih tetap mewaspadai perkembangan ekonomi eksternal kendati dalam sepekan terakhir rupiah terus mengalami penguatan atau depresiasi yang signifikan.

"Kita lihat nanti 'recovery' (pemulihan) ini semoga terus berlanjut tapi kita harus tetap melihat faktor eksternal dari Amerika dan sebagainya," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara saat ditemui di Kantor Pusat BI, Jakarta, Jumat (9/6/10/2015)

Berdasarkan kurs JISDOR BI, nilai tukar rupiah pada Jumat mencapai Rp13.521 per dolar AS, menguat dibandingkan hari sebelumnya Rp13.809 per dolar AS atau dibandingkan empat hari sebelumnya saat masih berada di level Rp14.604 per dolar AS.

"Sejak tiga hari lalu penguatan rupiah signifikan karena banyak yang cut loss (jual saham supaya tidak rugi lebih dalam), karena ada yang ragu rupiah bakal tembus Rp13.800. Kemarin saya tegaskan kurs asumsi APBN Rp13.800 itu asumsi karena kondisi makro melemah. Itu menembus Rp13.800 jangan ragu, Rp13.500 jangan ragu," ujar Mirza.

Menurut Mirza, kurs rupiah masih kompetitif untuk mendorong ekspor manufaktur dan untuk pengendalian inflasi karena kenaikan harga barang impor akan tertahan dengan adanya penguatan kurs.

"Inflasi kita dengan data-data sampai bulan September ini mengarah ke target. Akhir tahun mungkin hanya 4,1-4,3 persen, jadi inflasinya sangat baik. Data-data ekspor impor menunjukkan surplus bulanan, sehingga defisit transaksi berjalan yang terjadi nanti defisi yang sehat, sampai akhir tahun hanya 2 persen lebih sedikit," kata Mirza.

Ia menambahkan, volatilitas rupiah pada beberapa hari terakhir yang menunjukkan apresiasi tajam dinilai bukan suatu hal yang perlu dipermasalahkan, justru harus dijaga penguatannya.

"Volatilitas pada penguatan juga harus dijaga, menguat tajam tidak apa-apa. Yang jelas, pada waktu kita mengalami pelemahan kan ekonomi tertekan, waktu mengalami penguatan juga akan bantu ekonomi. Pasti bagus untuk ekonomi," kata Mirza.

Mirza mengatakan, bank sentral sendiri memang melakukan intervensi untuk menstabilkan rupiah, namun banyaknya pelaku pasar yang menjual dolarnya juga menjadi faktor penguatan rupiah saat ini. Ia pun juga mengimbau kepada para spekulan untuk segera menjual valas miliknya.

"Banyak orang cut loss, baik individu maupun korporasi. Kita bantu dorong sedikit saja. Jadi yang pada pegang dolar, sebaiknya dijual lah dolarnya," ujar Mirza. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI