Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore (28/9/2015), bergerak menguat tipis sebesar 44 poin menjadi Rp14.646 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.690 per dolar AS.
"Data inflasi September 2015 yang sedianya akan diumumkan Badan Pusat Statitisk pada awal Oktober ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan capaian Agustus menjadi salah satu penopang bagi mata uang rupiah," kata Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta.
Dia mengemukakan, bahwa BPS mencatat, inflasi Agustus 2015 lalu sebesar 0,39 persen, diharapkan inflasi September 2015 sesuai dengan prediksi sehingga memperbaiki harapan pertumbuhan ekonomi nasional ke depannya.
"Jika sentimen itu terjaga pada pekan ini maka peluang rupiah menguat lebih tinggi cukup terbuka," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar AS bergerak melemah meski terbatas di tengah ketidakpastian politik di parlemen Amerika Serikat menyusul belum adanya kesepakatan atas kenaikan plafon utangnya.
"Batas akhir kesepakatan anggaran untuk parlemen AS pada akhir September ini, namun sejauh ini usulan anggaran belum disepakati. Alhasil para pelaku pasar merespon negatif yang memicu dolar AS mengalami tekanan terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan dolar AS masih terbatas dikarenakan investor pasar uang masih waspada terhadap rencana bank sentral AS yang akan menaikkan suku bunga acuannya sebelum akhir tahun ini.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI)) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp14.696 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.690 per dolar AS. (Antara)