Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (21/9/2015) sore bergerak melemah sebesar 83 poin menjadi Rp14.457 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp14.374 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa mata uang rupiah bergerak melemah terhadap dolar AS menyusul euforia penundaan kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed fund rate) cenderung mulai mereda.
"Penundaan kenaikan suku bunga acuan AS sempat mengangkat nilai tukar rupiah, namun hanya dalam jangka pendek. Masih adanya harapan bank sentral AS (the Fed) untuk menaikkan suku bunga pada tahun ini kembali mendorong dolar AS bergerak ke area positif," katanya.
Menurut dia, dolar AS akan tetap berada pada tren penguatan hingga menjelang pertemuan The Fed atau Komite Pasar Terbuka Federal berikutnya pada 27-28 Oktober mendatang.
"Sentimen penundaan kenaikan suku bunga acuan AS pada rapat FOMC September lalu kembali menjadi kekhawatiran di pasar keuangan negara-negara berkembang," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, menambahkan bahwa akibat kebijakan the Fed yang menunda kenaikan suku bunga acuannya kembali membuat ketidakpastian pelaku pasar di negara berkembang termasuk di Indonesia.
"Belum adanya kepastian waktu dari bank sentral AS untuk merealisasikan kebijakannya maka tren nilai tukar rupiah masih berada dalam area negatif," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (21/9/2015) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp14.451 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.463 per dolar AS. (Antara)