Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah sebesar 73 poin menjadi Rp14.447. Sebelumnya rupiah di posisi Rp14.374 per dolar AS.
Analis LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo mengatakan bahwa nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Ini merespon keputusan bank sentral Amerika Serikat (the Fed) yang kembali mempertahankan suku bunga acuannya. Sehingga ketidakpastian sentimen di pasar keuangan terus berlanjut.
"Sebagian besar pejabat bank sentral AS masih memperkirakan kenaikan suku bunga acuannya pada tahun ini, namun belum jelasnya waktu kenaikan suku bunga AS itu membuat pelaku pasar cenderung sulit melakukan penyesuaian dalam melakukan investasi," ucapnya.
Ia menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri juga cenderung netral, menyusul pelaku pasar uang yang masih menanti percepatan realisasi belanja modal pemerintah dalam rangka mendorong pembangunan infrastruktur di dalam negeri.
"Penyerapan anggaran diharapkan maksimal sehingga dapat mengimbangi sentimen eksternal yang belum pasti. Jika penyerapan anggaran maksimal maka secara fundamental ekonomi Indonesia akan membaik," tuturnya.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa pernyataan pesimis dari pejabat Bank Indonesia yang menyebutkan akan adanya risiko "default" terhadap utang luar negeri pada sektor swasta nonbank, menambah kekhawatiran pasar keuangan di dalam negeri.
Di sisi lain, lanjut dia, ketinggalan berita terkait pertumbuhan kredit di Cina, Brazil, dan Turki yang mengkhawatirkan serta laporan dari Bank for International Settlement bahwa perbankan negara berkembang lebih rentan terhadap krisis, menambah sentimen negatif bagi sejumlah mata uang Asia, termasuk rupiah.
"Tren rupiah masih berada di area pelemahan dan investor uang cenderung masih 'wait and see' seraya melepas sebagian aset rupiahnya di tengah minimnya sentimen positif baik dari dalam negeri maupun eksternal," paparnya. (Antara)