Imbas Perlambatan Ekonomi Cina, Pasar Global Terpuruk

Suwarjono Suara.Com
Rabu, 02 September 2015 | 08:18 WIB
Imbas Perlambatan Ekonomi Cina, Pasar Global Terpuruk
Seorang investor saham tampak mengamati informasi papan elektronik di bursa saham di Fuyang, Provinsi Anhui, Cina, Jumat (21/8/2015) lalu. [Reuters/China Daily]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Pasar ekuitas memulai bulan baru dalam merah setelah lebih banyak lagi data manufaktur Cina yang mengecewakan, meningkatkan kekhawatiran tentang pelambatan di ekonomi nomor dua dunia itu," kata analis Mike van Dulken di Accendo Markets.

"Pasar berada dalam situasi di mana hanya bisa melihat alasan untuk jatuh. Kami beradaptasi dengan dunia di mana pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih lambat daripada yang diyakini dalam beberapa bulan terakhir, karena pukulan dari Cina dan negara-negara berkembang," kata Gregori Volokhine dari Meeschaert Financial Services.

Data Cina lebih lanjut berdampak ke pasar minyak, yang berbalik arah dan melihat harga jatuh di London sebesar 8,5 persen setelah tiga keuntungan berturut-turut.

"Indeks manufaktur (Tiongkok) masih menunjukkan bahwa perekonomian dalam proses mencari posisi terbawahnya," kata Wu Kan, fund manager pada JK Life Insurance yang berbasis di Shanghai.

Pukulan pada industri Jerman Claus Vistesen, kepala ekonom zona euro di Pantheon Macroeconomics, mengatakan masalah Cina akan berdampak pada Jerman, ekonomi terbesar dan terkuat di Eropa.

"Pelambatan di Cina akan membebani produsen Jerman, meskipun pertumbuhan domestik kuat serta permintaan yang mantap di AS dan Inggris," kata dia dalam sebuah catatan klien.

"Tidak realistis untuk mengharapkan pemisahan, mengingat kontribusi kuat Cina terhadap pertumbuhan PDB global." Beberapa analis tidak begitu pesimistis.

"Kami tidak berpikir angka-angka menjadi alasan untuk khawatir. Untuk sebuah awal, ekonomi Cina semakin didorong oleh aktivitas sektor jasa, yang masih tampak sehat. Dengan demikian, tanda-tanda pelemahan di bidang manufaktur kurang mengkhawatirkan daripada mereka dulu," kata Chang Liu di perusahaan riset Capital Economics. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI