Suara.com - Kasus lamanya proses dwelling time atau bongkar muat peti kemas di pelabuhan terus bergulir.
Menurut Anggota Komite Indonesia Bersih Adhie Massardi penyelesaiaan kasus lambannya proses dwelling time harus menjadi momentum perbaikan perekonomian Indonesia. Pasalnya, pelabuhan memberikan dampak langsung pada roda perekonomian.
"Dwelling time ini kalau kami lihat kan sebagai pintu masuk dan keluarnya ekonomi nasional. Dimana dari situ kita bisa melihat apakah kita sudah kompetitif dan mampu bersaing dengan negara lain. Kalau proses bongkar muat barangnya lamban, pasti akan mempengaruhi pandangan asing kepada Indonesia dong kalau ekspor barang lama, suka telat sampainya," kata Adhie di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (30/8/2015).
Adhie menilai pelabuhan bukan hanya menjadi tempat naik dan turun barang, melainkan acuan bagi para pengusaha dalam menentukan biaya logistik yang akan masuk atau keluar Indonesia. Itu sebabnya, karena banyak pintu perizinan dan memakan biaya besar, harga dan daya saing Indonesia selalu kalah dengan negara lain.
"Kalau proses perizinannya terlalu banyak pintu dan tangan, pasti cost-nya akan semakin besar yang ditanggung eksportir atau importir. Mau nggak mau akan mempengaruhi ke harga barangnya dong. Sehingga ini membuat Indonesia tidak kompetitif di pasar negara lain," katanya.
Karena itu, sebagian pengusaha Indonesia kemudian memilih membangun pabrik di luar negeri untuk mengurangi biaya logistik yang kelewat besar.
"50 persen barang pengusaha Indonesia raw material itu berasal dari impor, karena mahal, jadi mereka memilih bangun pabrik di luar negeri kayak di Vietnam untuk membuat produknya saja di sana," katanya.
Atas kondisi tersebut, dia meminta permasalahan dwelling time secepatnya diselesaikan dan mafia-mafia di pelabuhan diberantas sampai akar-akarnya.
"Kalau dwelling time itu nggak lamban bisa memberikan dampak positif terutama bagi industri dalam negeri dan masyarakat. Jadi diharapkan ini bisa selesai sampai tuntas. Dan juga memberikan kepercayaan pada negara lain juga kan kalau Indonesia itu mampu bersaing dan biaya logistiknya bisa lebih murah," katanya.