Rendahnya Daya Serap Anggaran Bukan cuma Tahun Ini

Sabtu, 29 Agustus 2015 | 14:07 WIB
Rendahnya Daya Serap Anggaran Bukan cuma Tahun Ini
Anggota Banggar DPR, Eka Sastra. (Suara.com/ Nikolaus Tolen)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anggota Badan Anggaran DPR Eka Sastra menyatakan bahwa rendahnya penyerapan anggaran pendapatan dan belanja negara sudah terjadi bertahun-tahun, bukan cuma pada kurun ini saja. Persoalan itu, utamanya, disebabkan oleh nomenklatur baru.

Saking rendahnya, Eka menyebut fenomena ini sebagai 'penyakit tahunan', karena kondisi itu tak kunjung berubah.

Hanya saja, penyerapan anggaran pada tahun ini termasuk lebih terendah dibandingkan sebelumnya. Hingga semester pertama 2015, penyerapan anggaran baru mencapai 30 persen atau sekitar Rp820 triliun.

Rinciannya, penerimaan pada semester I tercatat 39,6 persen, sementara belanja tercatat 39,0 persen. Penyerapan anggaran pada kementerian lembaga semester pertama juga hanya mencapai 26,4 persen.

"Penyerapan anggaran yang rendah semacam siklus tahunan diawali penyerapan anggaran rendah. Sudah terjadi beberapa kali, bukan hanya pada tahun ini, ini sudah menjadi penyakit tahunan," kata Eka di Gado-gado Boplo Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/8/2015).

"pada tahun 2009 penyerapan anggaran di kementerian lembaga paling tinggi 30 persen sementara pada 2011 penyerapan di kementerian lembaga tercatat paling rendah, hanya 23,6 persen. Penyebabnya beberapa macam sehingga timbul kurangnya penyerapan anggaran. Sehingga menjadi penyakit siklus tahunan," kata Eka.

Karena itu dia menyarankan agar pemerintah memberikan kepastian hukum bagi para birokrat untuk tidak takut dalam menggunakan anggaran.

"Sebenarnya masalah utamanya ada di nomenklatur baru ini. Dan saya kira untuk tahun kedepannya, daya serap anggaran akan besar karena tidak ada transisi pemerintahan lagi," tutup Eka.

Sementara itu, pengamat politik Lembaga Penelitian Populi Center, Nico Harjanto mengatakan rendahnya penyerapan anggaran disebabkan sistem budget yang tidak paralel dengan siklus politik.

Sebagai contoh, meski pelantikan presiden terjadi pada Oktober, namun dana yang keluar untuk menjalankan pemerintahan baru keluar di Januari.

REKOMENDASI

TERKINI