Dolar Melambung, Pengusaha Tuna Ketiban Untung

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 28 Agustus 2015 | 15:52 WIB
Dolar Melambung, Pengusaha Tuna Ketiban Untung
Ikan tuna (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ternyata tak mempengaruhi aktivitas ekspor di kalangan pengusaha yang ada di Aceh. Dampak nyata yang turut dirasakan oleh eksportir, malah berbanding terbalik dengan kondisi yang ada. Para ekportir turut ketiban untung kala dolar melambung tinggi.

"Memang ada plus minusnya. Seperti bahan-bahan yang kita impor dari luar kan naik. Namun untuk saat ini dampak yang terasa lebih menguntungkan. Kontrak kita memiliki sistem pembayaran dengan dolar, sebab itu jika dilihat dari sisi mata uang ini, kita sedikit lebih untung," kata Direktur Utama PTNagata Prima TunaAlmer Hafiz, di Banda Aceh, Jumat (28/8/2014).

PTNagata Prima Tuna bergerak dalam bidang ekspor perikanan. Perusahaan ini mengirim ikan tuna ke tiga negara yakni, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea. 

Tuna yang diekspor merupakan hasil tangkapan nelayan setempat. Sehingga saat kondisi seperti ini, dampak dari keuntungan perusahaan juga dirasa oleh nelayan.

Paska dolar naik, harga ikan tuna yang ditampung oleh perusahaan ikut naik, dari Rp38 ribu menjadi Rp43 ribu per kilogram.

"Jika benar-benar dimanfaatkan, kondisi ini juga sangat memberi keuntungan bagi nelayan pencari tuna. Namun sayangnya nelayan kita masih memiliki keterbatasan, sehingga hasil tangkapan pun sedikit," ujarnya.

Ikan tuna hasil tangkapan nelayan yang ditampung perusahaan ini, setiap hari nya mencapai tiga ton lebih. Namun setelah proses pembersihan dan pengolahan menjadi daging layak ekspor, jumlah tersebut susut mencapai lima puluh persen.

Kondisi ini, kata Almermengakibatkan aktivitas ekspor tidak bisa dilakukan setiap hari. Pihaknya baru dapat mengirim tuna-tuna yang telah diolah itu dalam kurun waktu satu sampai tiga bulan. Untuk jenis tuna grade A, langsung dikirimkan ke Jepang. Sedangkan grade B dan C diekspor ke Korea dan Amerika.

Masing-masing negara tersebut, kata dia pula, mendapat kuota eskpor yang berbeda. 

"Ke Jepang itu sedikit, sekitar 250 kilogram lebih, karena mereka minatnya kualitas paling oke dan bisa dimakan langsung. Sedangkan ke Amerika dan Korea bisa mencapai 10 ton," katanya. [Alfiansyah Ocxie]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI