Suara.com - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa pelemahan dan ketidakpastian ekonomi global saat ini sebenarnya kelanjutan dari krisis yang pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Tepatnya pada 2008.
Saat itu Amerika Serikat berhasil menyelamatkan ekonominya. Namun sayangnya pada sisi lain krisis justru melanda Eropa akibat penyatuan mata uang Euro. Saat itu banyak APBN di negara-negara lain banyak yang jebol yang terhanya masih berdampak hingga saat ini.
"Memang waktu itu sudah terselamatkan. Tapi jangan lupa, setelah itu muncul krisis di Eropa. Banyak negara di Eropa yang APBN-nya jebol, jaminan sosial besar tidak diimbangi dengan penerimaan pajak dan ada surat utang yang statusnya downgrade, nah ini dampaknya masih berlanjut hingga saat ini yang berdampak pada seluruh negara di dunia termasuk Indonesia," kata Bambang di Jakarta, Kamis (27/8/2015).
Ia mengatakan krisis tersebut telah membuat beberapa harga komditas yang terus mengalami penurunan. Dengan turunnya harga komoditas saat ini menurut Bambang, telah membuat perekonomian dunia melambat mulai 2011 hingga saat ini.
"Dampaknya krisis itu masih berdampak hingga saat ini. Tapi Indonesia tidak memasuki krisis namun lebih tepat dikatakan waspada," ungkapnya.
Ia mencontohkan harga minyak dunia turun menjadi 50 dolar AS per bari dari 100 dolar AS karena ekonomi dianggap sudah membaik. Maka Indonesia harus terus bergerak cepat dan memperbaiki kondisi cepat membaik dan Indonesia tidak bergantung terhadap komoditas semata.
"Makanya, kita terus dorong para pelaku usaha jangan selalu bergantung dengan komoditas, sudah harus bergeser lebih kembangkan manufaktur dan sejeninya. Ini dapat membantu menumbuhkan perekonomian," ungkapnya.