Ini Sebab Rupiah Anjlok Versi Darmin Nasution

Rabu, 19 Agustus 2015 | 15:52 WIB
Ini Sebab Rupiah Anjlok Versi Darmin Nasution
Gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (12/8). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang masih stagnan di level Rp13.800 per dolar AS lantaran tidak adanya arus dana dari luar negeri yang masuk ke Indonesia (capital flow).

Stagnasi arus modal masuk ke Tanah Air disinyalir pemerintah bakal meningkatkan tekanan terhadap rupiah.

"Memang situasinya adalah capital inflow-nya betul-betul sangat, boleh dibilang tidak ada (yang masuk). Oleh karena itu ya jelas tekanan ke rupiahnya datang lagi," ujar Darmin setelah mengikuti rapat koordinasi di kantor pusat Bank Indonesia, Rabu (9/8/2015).

Untuk itu, pihaknya melakukan koordinasi dengan Gubernur BI Agus Martowardojo dan membahas mengenai situasi ekonomi dalam negeri.

Darmin menjelaskan, rapat koordinasi antara pemerintah dan BI, merupakan respon atas kondisi tersebut. Alhasil rapat yang melibatkan pejabat bank sentral dan sejumlah menteri ekonomi itu lebih banyak berkutat membahas isu-isu soal keuangan dan kebijakan moneter.

"Tentu saja membahas situasi terutama karena presentasi BI, pasti yang banyak dibahas moneter dan keuangan," ungkapnya.

Bedasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat total obligasi negara yang diperdagangkan di pasar uang per 13 Agustus 2015 mencapai Rp1.380 triliun.

Dari total surat utang tersebut, investor asing menguasai 39,03 persen atau sebesar Rp539,48 triliun. 

Jumlah modal asing yang terparkir di pasar obligasi negara relatif tidak banyak berubah dari posisi awal bulan ini, di mana pada 3 Agustus 2015 tercatat sebesar Rp533,1 triliun.

Kepemilikan obligasi negara oleh asing sempat menembus level tertingginya pada 7 Agustus 2015 yang mencapai Rp 540,49 triliun, dan turun bertahap dalam sepekan terakhir sebesar Rp1,72 triliun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI