Suara.com - Harga minyak turun kembali, Jumat (7/8/2015) waktu Indonesia di sebuah pasar yang suram. Ini dikarenakan kelebihan pasokan minyak mentah global dan prospek permintaan lemah.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, turun 49 sen menjadi 44,66 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Penutupan di bawah 45 dolar AS untuk pertama kalinya sejak Maret. Kontrak WTI sekarang hampir satu dolar AS di atas tingkat penutupan terendah dalam enam tahun.
Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan September, acuan internasional, ditutup pada 49,52 dolar AS per barel di perdagangan London, turun tujuh sen dari sehari sebelumnya.
"Minyak tampak tidak bisa mendapatkan istirahat sekarang karena kami melihat prospek permintaan secara keseluruhan negatif, dengan ketakutan Fed akan menaikkan suku bunga dan kekhawatiran tentang permintaan di Cina," kata Phil Flynn dari Price Futures Group.
"Harga minyak bertingkah seperti pasar yang takut dengan (kelebihan pasokan) tidak akan pergi-pergi," tambahnya.
Berlimpahnya minyak mentah sebagian besar mengakibatkan penurunan sekitar 50 persen dalam harga minyak sejak pertengahan 2014. Amerika Serikat memproduksi minyak mentah pada tingkat tinggi dan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) terus melebihi kuota kartel 30 juta barel per hari.
Kelebihan pasokan global saat ini berjalan pada dua juta barel per hari dibandingkan dengan 1,8 juta barel selama enam bulan pertama tahun ini. Ini menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Goldman Sachs.
Selain itu, para investor sedang menunggu penambahan pasokan minyak yang masuk ke pasar sebagai bagian dari kesepakatan bersejarah bulan lalu antara enam besar kekuatan dunia dengan Iran atas program nuklirnya. Dalam pertukaran untuk membatasi program nuklirnya, Teheran akan mendapat pencabutan sanksi, yang telah memangkas ekspor minyaknya.
"Surplus pasokan/permintaan saat ini merupakan salah satu unsur yang menjadi perhatian, tetapi ada juga tampak memperbarui kekhawatiran yang mungkin terjadi atas pencabutan sanksi Iran karena kampanye Presiden Barack Obama untuk dukungannya terlihat membatasi potensi penolakan kongres," kata Tim Evans dari Citi Futures.
Anggota parlemen AS akan memilih pada September tentang apakah untuk mendukung kesepakatan bersejarah tersebut. Para pedagang juga sedang menunggu laporan penting ketenagakerjaan AS untuk Juli yang akan dirilis pada Jumat ini. Data ini diharapkan menjadi penggerak utama dolar. Selain itu sebagai akibatnya memiliki dampak potensial terhadap minyak mentah yang dihargakan dalam dolar.