Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore, (5/8/2015), bergerak melemah sebesar 40 poin menjadi Rp13.505 dibandingkan sebelumnya Rp13.465 per dolar AS.
"Kinerja ekonomi nasional pada triwulan II 2015 yang masih melambat memberikan reaksi negatif pelaku pasar uang di dalam negeri sehingga nilai tukar rupiah mengalami koreksi terhadap dolar AS," ujar analis Pasar Uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, ekonomi Indonesia triwulan II-2015 terhadap triwulan II-2014 (year on year) tumbuh 4,67 persen, melambat dibanding capaian triwulan II-2014 yang tumbuh 5,03 persen dan triwulan I-2015 tumbuh 4,72 persen.
Di sisi lain, lanjut dia, masih adanya kekhawatiran pelaku pasar terhadap rencana bank sentral AS (the Fed) yang akan menaikan suku bunga (Fed fund rate) pada tahun ini masih menjadi salah satu faktor penahan bagi mata uang rupiah untuk bergerak menguat.
Kendati demikian, menurut Rully Arya Wisnubroto, mata uang rupiah masih berpeluang kembali bergerak ke area positif menyusul adanya harapan yang tinggi terhadap peneyerapan belanja modal pemerintah yang akan maksimal pada semester II tahun ini.
"Belanja pemerintah secara sektoral mulai ada perbaikan, diharapkan menopang perekonomian Indonesia ke depan. Situasi itu akan mengembalikan kepercayaan pasar keuangan terhadap pemerintah," katanya.
Rully Arya Wisnubroto mengatakan, bahwa Bank Indonesia juga masih terus berjaga serta memantau perkembangan nilai tukar rupiah di pasar dan siap melakukan intervensi terukur dalam rangka menjaga stabilitas kurs rupiah.
"BI masih terus menjaga pasar sehingga rupiah sejauh ini fluktuasinya masih dalam kondisi yang stabil," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.517 dibandingkan sebelumnya Rp13.495 per dolar AS. (Antara)