Suara.com - Badan Pusat Statistik mencatat, secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 4,67 persen pada triwulan II 2015 jika dibandingkan dengan triwulan II 2014 secara year on year. Namun, angka tersebut menurun jika dibandingkan realisasi triwulan II-2014 yang tumbuh 5,03 persen dan triwulan I-2015 yang tumbuh 4,72 persen.
“Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia semester pertama 2015 bila dibanding dengan semester pertama 2014 tumbuh sebesar 4,7 persen,” ujar Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Rabu (5/8/2015).
Suryamin mengatakan jika dilihat pergerakan secara kuartal, ekonomi Indonesia tumbuh 3,78 persen. Pertumbuhan ekonomi ini masih lambat dibandingkan kuartal II-2014 yang mencapai 5,12 persen.
Suryamin menjelaskan melambatnya pertumbuhan ekonomi dipicu oleh masih adanya perlambatan ekonomi global pada triwulan II yang membuat masih rendahnya harga berbagai komoditas baik migas ataupun non migas.
Misalnya harga gandum, harga beras, kedelai, kopi, ikan, dan gula cenderung terjadi penurunan di triwulan kedua. Harga batu bara, gas, biji besi, uranium dan timah juga mengalami penurunan secara global.
Selain itu, faktor lain yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih melambat lantaran masih adanya ketidakpastian keanikan suku bunga acuan The Federal Reserve (Fed Fund Rate), membuat pasar bergejolak.
“Pemicu lainnya karena ketidakpastian kondisi pasar keuangan terkait ketidakpastian kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve (Fed Fund Rate)," katanya,
Pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang Indonesia , lanjut Suryamin cenderung stagnan, bahkan melemah seperti Amerika Serikat yang melemah dari 2,9 persen pada triwulan I 2015 menjadi 2,3 persen pada triwulan II-2015. Cina stagnan pada posisi pertumbuhan tujuh persen.
"Selain itu, ketidakpastian kondisi pasar keuangan terkait dengan ketidakpastian kenaikan Fed Fun Rate juga menjadi penyebab lemahnya ekonomi," kata Suryamin.