Kertas Berbahan Batang Pisang Ini Diminati Pasar Mancanegara

Esti Utami Suara.Com
Senin, 03 Agustus 2015 | 08:43 WIB
Kertas Berbahan Batang Pisang Ini Diminati Pasar Mancanegara
Beragam produksi "Banana Paper". (Facebook/bananapaperindonesia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kertas unik berbahan baku batang pisang yang dikembangkan Muhammad Syafiq asal Bandung menarik minat pasar, baik pasar dalam maupun luar negeri.

"Harga kertas mulai dari Rp3.800 hingga Rp60 ribu per lembar, yang membedakannya yakni dari proses pembuatan, bahan, warna, ukuran dan tekstur material. Nilai lebihnya menjadi peluang besar kertas jenis ini," kata pemilik usaha "Banana Paper" Muhammad Syafiq di Bandung, Senin (3/8/2015).

Dia mengatakan pesanan tak hanya datang dari warga Bandung, melainkan banyak juga dari mancanegara seperti Jepang, Amerika dan Malaysia. Dalam sehari, ia bisa memproduksi hingga 500 lembar tergantung banyaknya pesanan dan proses pembuatan.

"Pembeli dari Malaysia biasanya sengaja datang ke sini (Galery Banana Paper) untuk membeli kertas dan langsung pulang lagi," katanya.

Beda jenis batang pisang beda pula proses dan harganya. Syafiq menggunakan batang pisang lokal yang biasa dipasok dari Cipatat, Bandung, dan batang pisang impor Abaca yang merupakan jenis pisang liar yang tumbuh di Filipina dan menyebar di Sumatera.

Yang membedakanya yakni tekstur kertas dari batang pisang lokal lebih kasar dan melalui proses penggilingan menggunakan blender. Sementara kertas dari batang pisang Abaca lebih lembut dibanding pisang lokal dan dalam proses penggilingannya pun menggunakan mesin khusus.

"Pembelian batang pisang dihitung perkilo, biasanya beli satu mobil pickup habis dalam sepekan," katanya.

Proses pembuatan dimulai dari melepaskan pelepah batang pisang yang kemudian dijemur. Setelah itu dipotong sekitar lima centimeter dan direbus dengan tambahan soda, lama merebus tiga hingga empat jam, kecuali tanpa soda bisa menghabiskan waktu seharian.

Setelah pelepah lunak atau berwarna cokelat kemudian digiling dan dibleaching (diputihkan) dengan zat hidrogen peroksida kemudian diwarnai atau bisa juga tidak diwarnai. Kemudian dimasukkan ke dalam bak air lalu disaring dengan kawat nilon sebagai cetakan kemudian bisa ditempeli hiasan seperti daun alami. Setelah kering jadilah selembar kertas.

"Pewarnaan menggunakan pewarna alami dari gambir, teh, kopi dan bunga mawar atau warna sintetis dari pewarna tekstil. Keunggulan kertas ini tahan dari air," katanya.

Ilmu pembuatan kertas didapat sejak dia ingin mencetak Al Quran sendiri, ditulis sendiri dan bahan yang dibuat sendiri. Bermula saat bekerja di yayasan pencetak mushaf pertama di Indonesia yang kemudian dia kembangkan di Bandung secara mandiri.

Bukan hanya untuk mushaf Al Quran, Syafiq juga mendiversifikasi produknya menjadi bermacam produk diantaranya dibuat box, frame, tas, kartu undangan dan hiasan ruangan. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI