Suara.com - Bank Indonesia berpendapat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar dalam beberapa pekan terakhir merupakan dampak membaiknya ekonomi AS.
"Kelihatannya ekonomi AS tumbuh lebih baik 2,3 persen, ada perbaikan di-employment. Kalau kondisi AS baik, orang menduga Fed Fund Rate akan naik," kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat ditemui di Kantor Pusat BI, Jakarta, Jumat (31/7/2015).
Selain itu, lanjut Agus, melemahnya rupiah juga disebabkan pada akhir Juli ini ada permintaan dolar AS yang cukup tinggi untuk pembayaran utang.
"Permintaan dolar tersebut yang juga membuat rupiah tertekan," ujar Agus.
Namun, lanjut Agus, secara umum Bank Indonesia akan berada di pasar untuk menjaga volatilitas rupiah di batas yang sehat.
Agus menambahkan, saat ini kondisi rupiah sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi dunia. Namun, menurutnya, depresiasi rupiah masih relatif lebih baik dibandingkan negara berkembang lainnya di tingkat regional dan dunia.
"Kalau kita lihat rupiah depresiasi rupiah ada di 1 persen (mtd). Mata uang Brasil, Turki, Afsel, ada di kisaran 2-3 persen (mtd)," ujar Agus.
Sementara itu, secara year to date (ytd) rupiah terdepresiasi 8 persen. Sedangkan Brasil 25 persen, Turki 18 persen, Afsel 8 persen.
BI Akan Jaga Volatilitas Rupiah Berada di Batas Sehat
Esti Utami Suara.Com
Jum'at, 31 Juli 2015 | 16:01 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Media Singapura Soroti Nilai Rupiah Melemah Imbas Demo di DPR: Berkinerja Terburuk Kedua di Asia
22 Agustus 2024 | 16:45 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI