Suara.com - Guru Besar Intitut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas meragukan penetapan kawasan pertanian di Merauke, Papua. Terlebih luas lahannya mencapai 1,2 juta hektare.
Lahan seluas itu akan ditetapkan sebagai lumbung padi nasional untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Penetapan itu dicanangkan Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya ke Papua beberapa waktu lalu. Produksinya dalam waktu 3 tahun diprediksi mencapai sekitar 24 juta ton.
Selain sebagai lumbung beras nasional, produksinya juga diharapkan untuk mengekspor beras ke sejumlah negara. Karena itu, kawasan tersebut akan ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus pangan untuk produksi pertanian.
Menanggapi hal tersebut, Andreas mengatakan program lahan pertanian skala luas itu, sungguh bertentangan dan berlawanan dengan semangat reforma agraria serta perwujudan kedaulatan pangan. Menurut Andreas, hakikat dari program ini adalah mengundang seluas-luasnya investasi di sektor pangan atau ini barangkali yang disebut dengan monopoli kapital atas pangan.
"Ini tidak efisien karena berisiko besar. Jadi, gerakan kembali ke petani kecil yaitu reforma agraria, petani kecil dan tuna tanah memiliki dan mengontrol lahan. Sejak dulu kita khawatir. Kritikan kami, tidak ada keberhasilan food estate, tidak ada. Jadi betapa pentingnya petani kecil karena 70 persen mereka yang menyokong pangan kita," kata Andreas di Jakarta, Selasa (28/7/2015).
Andreas mempunyai argumen. Kata dia tahun 1939, program food estate sudah dilakukan waktu zaman Belanda mengembangkan Kumbe Rice Estate. Namun, program tersebut mengalami kegagalan lantaran mengalami banyak persolan yang luar biasa besar.
Kedua, saat Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, SBY melakukan panen raya di Merauke dan memunculkan ide Merauke Integrated Rice Estate (MIRE) seluas 1,9 juta hektar.
Ketiga, Agustus 2008, Saudi Bin Laden Group berencana berinvestasi 4 miliar dolar AS untuk mengembangkan 500 ribu hectare lahan di Merauke. Namun pada 2009 gagal karena global financial downturn.
Keempat, di tahun yang sama MIRE berubah menjadi MIFEE (The Merauke Intergrated Food and Energy Estate) namun mengalami kegagalan.
Andreas mengatakan tidak ada sejarah kesuksesan dalam food estate ini terutama padi di Indonesia. Menurutnya, persolana sosial yang luar biasa besar menjadi tantangan tersendiri untuk menerapkan program tersebut.
"Kalau mau menyokong pangan kita sendiri, budidayakanlah petani kecil. Ini program ini hanya untuk menarik investor saja. Makanya banyak mendulang kegagalan. Kunci swasembada itu ada di kesejahteraan petani. Kalau petani sejahtera, swasembada akan muncul dengan sendirinya," katanya.