Suara.com - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Jumat (24/7/2015) pagi naik delapan poin menjadi Rp13.392 per dolar AS dibandingkan dengan posisi terakhir kemarin di Rp13.400 per dolar AS.
"Intervensi dari Bank Indonesia menjadi salah satu faktor yang mendorong mata uang rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS," kata Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong.
Ia menambahkan harapan positif dari pelaku pasar terhadap upaya pemerintah untuk meningkatkan penyerapan anggaran belanja modal guna membangun infrastruktur juga menjadi salah satu faktor pengangkat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Membaiknya infrastruktur di dalam negeri dapat mendorong konsumsi dan investasi tumbuh sehingga menunjang perekonomian Indonesia ke depannya," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, penguatan rupiah belum akan terlalu tinggi karena masih ada kekhawatiran pelaku pasar uang terhadap kebijakan bank sentral Amerika Serikat (the Federal Reserve), yang berencna menaikan suku bunga.
"Belum adanya kepastian waktu mengenai kenaikan suku bunga the Fed membuat investor cenderung menahan investasinya ke dalam produk mata uang berisiko. Instrumen investasi rupiah dinilai berisiko jika the Fed menaikan suku bunganya," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan buruknya performa perusahaan Amerika Serikat menjadi salah satu faktor yang membuat dolar AS mengalami tekanan terhadap sebagian mata uang dunia. (Antara)