Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengimbau pemerintah dan dunia usaha untuk mewaspadai krisis ekonomi yang melanda Yunani.
Meski hubungan dagang Indonesia dan Yunani tidak signifikan, tetapi dampaknya cukup serius bagi negara-negara zona Eropa yang selama ini menjadi salah satu mitra dagang terbesar Indonesia.
Seperti diketahui, Yunani terancam bangkrut akibat tak bisa membayar utang 1,54 miliar dolar AS atau sekitar Rp22 triliun ke International Monetary Fund (IMF). Menurut Ketua Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto, dengan adanya krisis tersebut dapat berdampak pada perdagangan di Indonesia.
"Kita harus mewaspadai dampak krisis yang melanda Yunani tersebut. Kenapa, karena itu pasti akan berdampak pada perdagangan kita. Para investor akan menarik dananya dan bersikap menunggu sehingga memengaruhi harga saham dan kurs dolar," kata Suryo saat berbincang dengan Suara.com di Jakarta, Senin (6/7/2015).
Suryo menjelaskan, krisis yang melanda Yunani akan berdampak ke Eropa, maka bisa jadi hal itu bakal mempengaruhi ekspor Indonesia yang masuk dalam pasar Eropa. Meski hingga saat ini belum terlihat, namun jangka panjangnya hal itu sangat mungkin terjadi.
Bahkan menurut Suryo, jika hal tersebut terjadi, maka Indonesia terancam akan mengalami krisis yang lebih parah dibandingkan krisis yang melanda Yunani.
"Kalau sampai berdampak ke Indonesia, kita akan alami krisis yang lebih parah dari Yunani. Kenapa, pertumbuhan ekonomi kita saat ini masih merosot, nilai tukar rupiah terus tertekan. Masyarakat di Indonesia lebih banyak dibandingkan Yunani. Kita ada 250 juta penduduk, sedangkan Yunani 4 juta penduduk. Kalau kelaparan mereka masih bisa handle, kalau kita 250 juta penduduk mau bagaimana caranya," kata Suryo.
Fokus Pasar Domestik
Oleh sebab itu, Suryo mengimbau kepada pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah harus fokus pada pasar domestik karena konsumsi domestik yang tinggi mencapai 60 persen-65 persen produk domestik bruto.
"Jangan sampai pasar kita yang besar hanya dikuasai barang-barang impor. Statistik menunjukkan neraca perdagangan kita di tahun 2011 walaupun masih surplus, tapi sudah mulai menipis,” ujarnya.
Selain itu, Suryo menyarankan para pengusaha Indonesia fokus pada beberapa sektor kebutuhan primer, seperti sandang, pangan, dan papan serta kebutuhan lain, seperti pendidikan, kesehatan dan hiburan.