Suara.com - Sepuluh pengamat ekonomi siang tadi bertemu Presiden Joko Widodo untuk membicarakan kondisi terkini perekonomian nasional yang salah satunya mengenai konsep desain ekonomi dari Presiden.
Para ekonom yang bertemu Presiden adalah Arif Budimanta, Iman Sugema, Hendri Saparini, Djisman Simanjuntak, Anton Gunawan, Destry Damayanti, Prasetyantoko, Poltak Hotradero, Tony, Lin Che Wei dan Raden Pardede.
Usai bertemu Jokowi, sejumlah pakar menyampaikan isi pertemuan. “Saya menduga ini pertemuan rutin, Presiden akan menerima input dari berbagai pihak. Salah satu yang disampaikan, Presiden punya konsep untuk desain ekonomi, saya kira kita tidak memberikan input secara detail. Kita berbicara perekonomian secara umum ," kata ekonom Universitas Atmajaya Agustinus Prasetyantoko di Istana Merdeka Jakarta, Senin (29/6/2015).
Ia mengatakan Presiden mendengarkan pandangan dan masukan dari para ekonom yang diminta hadir dalam pertemuan yang juga hadir Wakil Presiden Jusuf Kalla ini.
Ia mengatakan Presiden memahami langkah-langkah yang harus diambil untuk mengantisipasi kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan.
"Semester kedua ada percepatan kita harapkan ekonomi kita, pemerintah mengerti apa yang dilakukan, presiden cek langsung, kita harapkan itu menjadi kebijakan yang sifatnya institusional," kata dia.
Sementara itu ekonom Universitas Gajah Mada Tony Prasetiantono mengatakan Presiden juga menyadari ada kekurangan tim ekonomi pada kabinetnya.
"Kita perlu menteri-menteri yang aksentuatif. Presiden, saya surprise juga presiden menyadari (hal itu)," kata Tony.
Ia menambahkan, "Kalau saya merasa rupiah melemah disebabkan karena rendahnya kepercayaan pasar pada kabinet atau ekspektasinya tak tercapai meskinya rupiah tak selemah sekarang. Memang ada pelemahan karena Amerika tapi memang ada faktor x yang fundamental."
Tony mengatakan sentimen pasar harus direbut pemerintah melalui sejumlah langkah.