Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore bergerak melemah tipis sebesar 25 poin menjadi Rp13.330 dibandingkan posisi sebelumnya pada posisi Rp13.305 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat (19/6/2015), mengatakan bahwa mata uang dolar AS mengalami penguatan menyusul perhatian pelaku pasar uang beralih ke negosiasi utang Yunani.
"Dolar AS sempat tertekan akibat belum akan dinaikannya suku bunga oleh the Fed. Namun, sentimen dari kebuntuan negosiasi utang Yunani mendorong sebagian pelaku pasar mencari aset 'safe haven' seperti dolar AS," katanya.
Menurut dia, sentimen dari sikap the Fed yang belum akan menaikan suku bunganya cenderung bersifat jangka pendek.
Dia juga menyebut kalaun investor cenderung mencari aman untuk mengantisipasi resiko kemungkinan Yunani mengalami gagal bayar atau bahkan keluar dari zona Euro.
"Sentimen negatif dari utang Yunani masih akan menahan laju aset berdenominasi rupiah untuk bergerak menguat," katanya.
Sementara itu, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa pelemahan rupiah cenderung masih terbatas menyusul sinyal bank sentral AS (the Fed) yang masih menunda kenaikan suku bunganya (Fed fund rate) dikarenakan kondisi ekonomi AS belum sesuai harapan.
"Diharapkan, rupiah dapat bergerak menguat seiring meredanya sentimen kenaikan suku bunga Fed dan harapan akan membaiknya perekonmian domestik pada semester II nanti," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.324 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.341 per dolar AS. (Antara)