Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dalam beberapa bulan terakhir ini bukan disebabkan karena Indonesia mengalami krisis mata uang.
Dia menyebutkan, kalau pelemahan rupiah akibat faktor eksternal, seperti penguatan dolar secara global dan isu kenaikan suku bunga Fed Rate.
“Bukan lah ini bukan krisis mata uang. Ini karena koreksi mata uang yang begitu cepat,” katanya saat ditemui dikantornya, Jakarta, Jumat (12/6/2015).
Sofyan menjelaskan, inflasi di Indonesia dalam satu dekade terakhir ini rata-ratanya mencapai 7 persen ke atas dibandingkan realisasi rata-rata inflasi Amerika pada periode yang sama.
Melihat kondisi tersebut, lanjutnya, membuat mata uang rupiah yang sebelumnya menguat, tetapi langsung melemah.
"Tapi selama 10 tahun mata uang kita itu tidak terjadi penyesuaian, yang terjadi justru penguatan," jelasnya.
Sofyan belum mengetahui kapan rupiah akan segera pulih. Namun, kata dia, pemerintah tidak membiarkan rupiah terus merosot.
"Pemerintah tengah mengendalikan defisit neraca pembayaran," ujarnya.
Menurut dia, saat ini pemerintah tengah memperbaiki berbagai hambatan internal untuk menguatkan rupiah, salah satunya dengan terus mendorong pelaku usaha untuk meningkatkan kuota impor.
“Makanya kita akan terus mendorong pembangunan infrastruktur, perbaikan regulasi, meningkatkan ekspor dan mempermudah investasi. Faktor eksternal kan sudah lagi tidak bersahabat dengan kita, jadi internal yang harus di didorong,” pungkasnya.