Harga Sembako Melonjak, Pemilik Rumah Makan Naikkan Harga

Jum'at, 12 Juni 2015 | 17:38 WIB
Harga Sembako Melonjak, Pemilik Rumah Makan Naikkan Harga
Pedagang sembako di pasar inpres Senen Jakarta, Senin (30/3).[suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah pemilik rumah makan mengaku terpaksa menaikan harga jual sebagai dampak kenaikan harga kebutuhan bahan pokok yang tidak terkendali sepekan menjelang Ramadan.

Padmi salah seorang pemilik rumah makan di kawasan, Tanjung Duren, Jakarta Barat, terpaksa menaikkan harga jual makanannya sekitar Rp1.000 sampai Rp2.000 per porsi.

Dia mengaku tidak berani menaikkan harga terlalu tinggi karena takut pelanggannya tidak lagi makan di warungnya tersebut.

“Kita sudah seminggu naikan harga, soalnya harga bahan pokok kayak telur, ayam,daging, cabai dan bawang yang menjadi bahan utama kita untuk membuat makanan ini mulai tidak terkendali. Tapi nggak berani tinggi-tinggi naiknya, nanti pada kabur semua,” jelasnya saat ditemui suara.com, Jumat (12/6/2015).

Hal senada juga diungkapkan pengusaha rumah makan di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Ismail.

Menurutnya, kenaikan harga makanan tersebut terjadi lantaran dalam tiga pekan terakhir menjelang puasa harga bahan pokok terus merangkak naik.

“Tapi, berdasarkan pengalaman sebelumnya, kalau harga kebutuhan naik terus dalam seminggu, maka tak akan lagi mengalami penurunan. Makanya mau tidak mau kita menaikkan harga makanan kita," jelasnya.

Dia mengaku membeli ayam di tukang sayur yang sudah mencapai Rp50 ribu perekor. Hal inilah yang membuat Ismail terpaksa menaikkan harga jual makanannya, agar omzet penjualan rumah makanannya tidak mengalami penurunan drastis.

“Itu mbak, kalau kita beli ayam di tukang sayur saja harganya sudah sampai Rp50 ribu/ekor. Coba kalau begini mba, pusingnya bukan main kita saat ini. Serba salah sebenarnya, kalau nggak naik kita rugi, kalau naik pelanggan kabur,” tegasnya.

Meski demikian, tidak semua pengusaha rumah makan menaikkan harga jual makanannya. Masih ada pengusaha rumah makan yang tidak menaikkan harga.

Ilham misalnya, pengusaha Warung Tegal (Warteg) di Kemanggisan, Jakarta Barat,  mengaku belum menaikkan harga lantaran takut pengunjung menurun.

“Kami belum berani mba menaikan harga, nanti takut pelanggannya pada kabur, kami bisa gulung tikar nanti,” jelasnya.

Dia mengakui, dengan tidak dinaikkan harga makanan di sana, saat ini omzet penjualan rumah makan tersebut menurun hingga 15 persen akibat biaya untuk membeli bahan baku semakin tinggi.

“Kami masih nunggu dulu, kalau memang nggak turun-turun mau nggak mau kita naikkan harganya,” ungkapnya.  

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI