Suara.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) berjanji menggenjot pertumbuhan ekonomi di tengah terpuruknya nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika.
JK mengakui bahwa lemahnya nilai tukar rupiah tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal.
“Memang pertumbuhan ekonomi saat ini sedang mengalami penurunan dan itu akan berpengaruh kepada industri pasar kita menjadi menurun, otomatis terjadi masalah. Kalau naik turunnya saham itu biasa. Kalau naik terus enggak ada orang yang mau kerja lagi sama kita,” kata JK saat ditemui di Hotel Fairmount, Jakarta, Selasa (9/6/2015).
Kendati demikian, menurutnya pemerintah akan terus menjaga pertumbuhan ekonomi dan investasi tetap baik ke depannya. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi merupakan indikator utama terhadap daya beli masyarakat.
"Maka dari itu, kami berupaya menjaga pertumbuhan ekonomi dan investasi supaya ekonomi kita tetap baik. Kami harus mengubah atau memperbaiki secepatnya. Hal ini juga guna meyakinan minat investor tetap baik,” pungkasnya.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika telah membuat dunia usaha dalam negeri gusar. Pasalnya, lemahnya nilai tukar rupiah pada level Rp13.380 per dolar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok hingga level 5.000.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Suryo Bambang Sulisto mengatakan, rupiah telah menjadi indicator utama bagi pengusaha dalam menjalankan bisnisnya. Jika rupiah melemah maka beban produksi akan semakin meningkat.