Ia bahkan mengaku belum sanggup memenuhi tingginya permintaan karena masih banyak yang belum terlayani.
"Kerupuk yang dibuat hari ini sudah dipesan dua minggu lalu, kalau pesan sekarang baru dua pekan ke depan diantar," kata dia.
Untuk bahan baku saat ini ia juga sudah bekerja sama dengan pabrik yang ada di Medan yang langsung mengantarkan ke pabrik miliknya.
"Dulu susah karena membeli sendiri ke pasar, sekarang sudah ada yang mengantar, setiap bulan sekitar 45 ton tepung diantar," katanya.
Terkait suka duka dalam menjalankan usaha Ramalius menceritakan yang paling sulit mengelola karyawan.
"Sulit ditebak apa maunya, kalau ingin gaji besar diberi borongan, tapi juga tidak maksimal, kalau harian kurang giat bekerja," kata dia.
Akhirnya, ia mencoba membangun komunikasi dengan karyawan agar paham apa yang diinginkan.
Belajar dari pengalamannya mengelola usaha ia menemukan satu kunci yaitu menjaga kualitas barang agar tetap konsisten.
"Kalau barang tidak bagus, orang tidak mau lagi membeli, pembeli akan memilih mana kerupuk yang bagus," ujarnya.
Untuk itu, ia selalu disiplin mengawasi setiap proses apalagi jika produksi sudah banyak peluang hasil tidak bagus juga besar.