Senada dengan Achmad Wijaya, pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Muslimin Anwar mengingatkan, meski agak telat, namun belum terlambat untuk mengejar ketertinggalan perusahaan holding energi Indonesia dibanding Petronas dari Malaysia.
"Saya optimistis, jika dibentuk holding energi, maka ketertinggalan aset Pertamina yang sangat jauh dari Petronas, pasti akan terkejar," kata doktor bidang Finansial dari Brunel University of London.
Muslimin menambahkan pembentukan holding energi merupakan strategi efektif perusahaan migas dalam mendorong competitive advantage.
Penyatuan Shell dan British Group adalah satu contoh upaya perusahaan untuk menggabungkan kekuatan dalam pengembangan bisnis gas dari hulu sampai hilir.
Ia menjelaskan, di satu sisi Shell menguasai ladang gas besar di beberapa wilayah, sementara British Group mempunyai portofolio di bisnis hulu dan hilir gas.
"Penyatuan kekuatan perusahaan akan memudahkan perusahaan untuk memenangkan kompetisi gas internasional. Indonesia bisa seperti Shell dan BG, bila menjadikan holding energi sebagai kekuatan," kata Muslimin.
Dengan menjadi holding energi, maka hal itu menjadi satu strategi yang akan saling menguatkan, bukan sebaliknya yaitu saling melemahkan, kata Dosen Pascasarjana Magister Akuntansi Universitas Indonesia. (Antara)