DPR: Percuma Masuk OPEC Kalau Cuma Jadi Kambing Congek

Jum'at, 05 Juni 2015 | 18:25 WIB
DPR: Percuma Masuk OPEC Kalau Cuma Jadi Kambing Congek
Ilustrasi: Kilang minyak. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anggota DPR RI Komisi VII Kurtubi mengibaratkan keinginan Indonesia kembali masuk menjadi anggota negara pengekspor minyak dunia (Organization of Petroleum Exporting Countries/OPEC) bagai sedang bermimpi di siang bolong. Pasalnya, kata dia, Indonesia tidak akan mendapatkan manfaat apapun dengan masuk OPEC, menjadi peninjau sekalipun.

“Mau ngapain masuk ke OPEC orang kita masih impor minyak. Terus katanya bisa menjadi anggota peninjau (observer) ya itu enggak masalah, tapi enggak ada manfaatnya, cuma bisa jadi kambing congek aja. kan enggak punya suara. Semua juga bisa jadi peninjau kalau ada izin dari OPEC,” kata Kurtubi di acara diskusi di Jakarta, Jumat (5/6/2015).

Kurtubi mengingatkan produksi minyak yang Indonesia selalu menurun dan mengandalkan impor untuk kebutuhan dalam negeri.

"Indonesia keluar dari OPEC itu memalukan. Sekarang pemerintah ingin kembali, bagaikan mimpi di siang bolong," katanya.

Menurutnya jika pemerintah tetap kukuh menjadi anggota OPEC, pemerintah harus terlebih dahulu membenahi produksi cadangan minyak agar terus meningkat.

“Kalau emang mau masuk lagi ke OPEC benahi dulu produksi cadangan minyaknya. Belum diperbaiki kok sudah mau masuk ke OPEC. Kalau sudah dibenerin, saya yakin Indonesia akan mampu masuk dalam OPEC. Pasalnya, cadangan minyak dan gas bumi yang ada di Indonesia maupun di dunia sangat besar,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said berencana mempertimbangkan kembali ke OPEC tahun ini. Pasalnya, pascakeluarnya Indonesia dari keanggotaan OPEC pada 2008 lalu, Indonesia tidak dapat mengikuti dinamika minyak dunia secara penuh.

Sudirman mengatakan Indonesia nantinya akan belajar dengan negara-negara anggota OPEC dalam mekanisme pengadaan minyak. Pasalnya saat ini, pembeli dan penjual minyak di Indonesia memiliki gap yang cukup jauh sehingga tidak ada keuntungan yang didapat.

"Nanti akan jadi one of the biggest buyer. Kalau kita sebagai pembeli jauh-jauh dari penjual kita tidak akan bisa ambil benefit. Tapi kalau kita bergaul dengan mereka, kalau ada event kita ikuti, berdiskusi dengan mereka mengenai arah pasar, maka jika makin dekat dengan market makin baik," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI