Ekspor Ikan Tuna Mengandung Merkuri, Indonesia Ditegur Rusia

Kamis, 04 Juni 2015 | 22:39 WIB
Ekspor Ikan Tuna Mengandung Merkuri, Indonesia Ditegur Rusia
Ikan tuna (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Kelautan dan Perikanan mengakui mendapat teguran dari otoritas Rusia terkait tingginya kandungan merkuri di dalam ikan tuna yang diekspor ke negara ‘beruang putih’ tersebut.

Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) KKP Narmoko Prasmadji  mengatakan, teguran tersebut kandungan merkuri yang berlebihan dari ambang batas normal.

"Saya mendapat teguran dari Rusia karena kandungan merkuri dalam tuna yang kami ekspor melebihi ambang batas merkuri yang cukup berbahaya," kata Narmoko saat ditemui di katornya, Jakarta, Kamis (4/6/2015).

Namun menurut Narmoko, kandungan merkuri yang tinggi pada ikan itu bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan negara-negara lain juga mengalami kasus serupa. Hal ini lantaran laut yang dilewati tersebut telah tercemar.

“Sebenarnya ini tidak hanya menimpa Indonesia. Ini juga menimpa negara lain. Karena kan ikan itu berpencar di tengah laut, jalannya kemana-mana. Nah mereka bisa saja melewati laut yang airnya sudah tercemar, otomatis akan berpengaruh kepada kualitas ikan tersebut. Makanya kalau ikan melewati laut yang tercemar makan akan mengandung merkuri itu,” jelasnya.

Dengan adanya terguran dari Rusia tersebut, Narmoko menyatakan bakal  lebih memperhatikan ikan hasil tangkapan sebelum di ekspor ke negara-negara lain.

“Tuna itu menjadi kepentingan banyak negara maka dia diberikan instrumen yang banyak dari saat dia ditangkap diproses sampai menuju ke pasar,” ujarnya.

Untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, lanjut Narmoko , Pemerintah akan memberikan perlakuan khusus terhadap produk perikanan yang menjadi komoditas andalan ekspor Indonesia.

 "Setiap komoditas akan punya penanganan yang berbeda. Misalnya udang punya karakteristik yang berbeda, maka akan kami perlakukan berbeda," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI