Suara.com - Guna memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak yang terus meningkat, anggota DPR RI Komisi VII Hari Pernomo mendorong pemerintah segera membeli kilang di luar negeri. Pasalnya, kebutuhan bahan bakar Indonesia meningkat lima persen per tahun dari sekitar 1,6 juta barel per hari, yang dipenuhi separuhnya oleh Pertamina dari enam kilang domestik.
“Kalau bangun kilang itu butuh waktu sekitar lima tahun, belum produksinya butuh waktu lagi. Sebenarnya ini bagus, namun percuma kalau pasokannya enggak ada. Jadi pemerintah diharapkan untuk membeli kilang di luar negeri agar dapat memasok kebutuhan dalam negeri dan tidak dimain-mainkan oleh para pedagang BBM di luar sana, karena kita punya sendiri,” katanya di Jakarta, Minggu (31/5/2015).
Menurut Hari jika pemerintah tidak segera membeli kilang di luar negeri dan hanya menunggu investor untuk membangun kilang di dalam negeri sampai kapan pun tak akan tertarik untuk membangun kilang di Indonesia. Hal ini lantaran iklim investasi yang tidak mendukung saat ini. Aset di luar negeri juga menjadi lebih terjangkau setelah patokan harga minyak merosot 50 persen dari puncaknya tahun lalu, memangkas valuasi.
“Susah mau bangun nunggu investor masuk terus bangun kilang di sini. Nanti enggak jalan-jalan terus kita akan impor terus. Kalau ini terus begini diperkirakan dalam 25 tahun ke depan Indonesia akan terus ketergantungan pada impor,” katanya.
Selain itu, menurut Hari, hampir seluruh perusahaan yang bergerak di sektor minyak dan gas di dunia tidak langsung "mengotori tangannya sendiri" dalam membeli dan memasok migas. Ia mencontohkan Total dan Inpex dalam mengelola Blok Mahakam.
"Total kelola Blok Mahakam 50-50 dengan Inpex. Dia (Inpex) bukan operator, dia sekedar punya saham, ikut manajemen (Total), apa salahnya begitu (Pertamina). Ini akan lebih efektif dalam memasok minyak dalam negeri," katanya.