Suara.com - Pengamat ekonomi Faisal Basri mengungkapkan pada 2025 diperkirakan produksi minyak Indonesia hanya sekitar 400 ribu barel per hari dari yang saat ini sekitar 800 ribu barel per hari.
Pada tahun itu, konsumsi minyak Indonesia diperkirakan mencapai 1,9 juta barel per hari. Melihat kondisi seperti ini, Faisal memperkirakan Indonesia akan menjadi importi minyak terbesar di dunia.
Menurut Faisal, Indonesia akan sangat sulit untuk meningkatkan produksi dan cadangan minyaknya. Pasalnya, untuk mencari cadangan minyak sangat sulit dan jarang sekali. Jika ketemu pun jumlahnya relatif kecil.
“Tahun 2025 produksi kita terus menurun hanya sekitar 400 ribu barel per hari sedangkan konsumsi terus menganga. Ini diperlukan terobosan-terobosan yang pandai dari pemerintah untuk mengatasinya. Soalnya cari minyak di Indonesia itu sulit, kalau ada juga kecil,” kata Faisal saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Selasa (26/5/2015).
Kendati demikian, Faisal mengatakan Indonesia masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki tata kelola minyak dan gas bumi. Pertama, pemerintah harus menyelesaikan RUU tentang minyak dan gas bumi yang tak kunjung selesai.
Pasalnya, dengan disahkan undang-undang migas, migas tidak bisa dieksploitasi habis-habisan oleh generasi di masa yang akan datang sehingga pemerintah dapat menjadikan migas sebagai aset bukan sebagai komoditas lagi.
“Selama ini kan masih dipandang sebagai komoditas untuk penerimaan negara. Jelas ini dieksploitasi habis-habisan. Makanya pemerintah harus berfikir bahwa migas itu sebagai aset dan harus menempatkan migas sebagai ujung tombak industrialisasi. Jadi bisa bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
Faisal mengatakan Indonesia jangan sampai seperti Brasil yang tata kelola migasnya berantakan akibat adanya penjarahan yang dilakukan oleh para politikus.
"Brasil sedemikian hancur leburnya, seperti Petrobas (BUMN energi) karena penjarahan politisi," kata dia.
Untuk menghindari hal tersebut, Faisal meminta pemerintah segera mengesahkan RUU tentang migas agar Indonesia dapat meningkatkan cadangan dan produksi minyak dalam beberapa tahun ke depan. Pemerintah juga diimbau mengubah pola pikir yang menjadi sektor migas sebagai komoditi.