Suara.com - Presiden Joko Widodo menargetkan dalam tiga hingga lima tahun ke depan, Indonesia sudah bisa mencapai kedaulatan pangan. Tapi kenyataannya, sekarang bangsa ini justru masuk dalam fase krisis pangan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Guru Besar Institute Pertanian Bogor Dwi Andreas Santoso dalam diskusi Pangan Kita di Jakarta, Senin (25/5/2015).
Dwi menilai program Nawa Cita pemerintah baru sebatas wacana.
“Mohon maaf, kedaulatan pangan sampai sekarang masih wacana dan sangat indah untuk diucapkan. Dalam kenyataannya sampai sekarang masih jauh dari program-program yang dicanangkan tersebut. Ini akan menjadi sebuah problem,” kata dia.
Itu sebabnya, Dwi meminta pemerintah segera membangun infrastruktur dan memperbaiki sektor hulu agar kedaulatan pangan benar-benar tercapai.
“Pembangunan hulu memang sudah dilakukan tapi masih ada yang miss. Misalnya, pembangunan bendungan yang rencananya akan dibangun di Bogor. Ketika kita membangun bendungan nanti airnya dari mana? Karena di atasnya rusak. Harusnya di atasnya dibangun dulu, taman-taman dulu. Ketika membangun bendungan, harus memperhatikan infrastruktur lainnya. Airnya darimana kalau di atas bendungan rusak. Jadi harus dibangun fasilitas lain, khawatir bendungan tidak bisa digunakan. Jadi harus ada perencanaan sangat matang,” katanya.
Dwi mengatakan perencanaan yang kurang matang malah menimbulkan masalah baru. Hal ini, katanya, akan terus menjadi penghambat pemerintah dalam mencapai kedaulatan pangan dan menyelesaikan krisis pangan.
“Nanti, kan kalau sudah dibangun bendungan airnya keluar atau tidak malah jadi masalah baru lagi. Nanti Kementerian Pertanian jadi bingung lagi. Jadi ke depan komunikasi dan perencanaan yang baik harus dipersiapkan dengan matang. Agar pemerintah tidak terus berkutat mengurusi masalah yang itu-itu saja,” kata dia.