Suara.com - Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, ekonomi Indonesia pada kuartal I mengalami perlambatan sebesar 4,71 persen. Angka ini turun jika dibandingkan kuartal I pada 2014 yang mencapai 5,21 persen.
Meski mengalami perlambatan, Wakil Presiden Jusuf Kalla enggan menyalahkan tim ekonomi Kabinet Kerja Jokowi-JK yang dinilai telah kebobolan. Pasalnya, menurut JK, perlambatan ekonomi Indonesia di kuartal I naik sedikit akibat faktor ekonomi global dan persiapan administrasi pemerintah yang telat dianggarkan dalam APBN Perubahan yang baru disahkan Febuari lalu.
“Ini bukan kesalahan tim ekonomi. Ini karena adanya masalah dunia, kita tidak bisa menyalahkan orang per orang,” kata JK saat menghadiri The Institute Of International Finance Asia Summit 2015 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (7/5/2015).
JK tak ingin berbagai pihak menyalahkan tim ekonomi Indonesia. Karena menurutnya perlambatan ekonomi bukan salah perorangan.
“Semua ini murni adanya gejolak ekonomi global dan APBN baru disahkan Febuari jadi yang lainnya telat. Tapi Mei nanti jalan lagi semua,” katanya.
Meski demikian, JK optimistis perekonomian pada kuartal II 2015 akan tumbuh di atas lima persen didorong mulai berjalannya proyek infrastruktur.
“Kuartal II, target pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen karena proyek jalan semua. Investasi juga sudah banyak yang masuk. Konsumsi semen naik rakyat kerja, punya pendapatan dan konsumsi akan naik,” katanya.
Sekedar informasi, Badan Pusat Statistik menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Januari 2015 - Maret 2015 berada pada tingkat 4,7 persen atau yang paling rendah sejak 2009.
Menurunnya pertumbuhan ekonomi, menurut Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin, disebabkan berbagai faktor.
"Sektor pertanian karena mundur periode tanam, kemudian harga atau juga produksi minyak mentah juga turun karena harga internasional juga sedang turun. Kemudian juga impor bahan baku, impor barang modal dan impor barang-barang konsumsi juga terjadi penurunan sehingga mempengaruhi impor barang modal terhadap investasi di pembentukan modal tetap bruto," kata Suryamin beberapa waktu lalu.