Pertamina Optimistis Pertalite Bisa Turunkan Impor Premium

Rabu, 22 April 2015 | 17:46 WIB
Pertamina Optimistis Pertalite Bisa Turunkan Impor Premium
Ilustrasi penggunaan BBM jenis Premium. [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Pertamina (Persero) telah menyatakan bakal merilis produk bahan bakar minyak (BBM) baru bernama Pertalite. Rencananya, bensin yang diproyeksikan akan mengganti keberadaan Premium itu akan diuji coba pada semua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berada di jalan tol per Mei 2015.

Lebih dari itu, BBM baru bernama Pertalite ini digadang-gadang oleh PT Pertamina dapat mengurangi kuota impor Premium. Menurut Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina, Ahmad Bambang, pihaknya sangat optimistis jika produk Pertalite ini akan menurunkan impor Premiun ke depannya jika berhasil dipasarkan ke masyarakat.

"Kami yakin, kalau Pertalite sudah bisa diterima masyarakat dan kemudian Premium dihapus, maka ketergantungan impor Premium akan menurun. Kalau soal kilang, akan kami hitung nanti. Sampai saat ini yang kita ketahui, kapasitasnya sangat jauh berkurang 50 persen, dan kita impor 60 persen," papar Ahmad, Rabu (22/4/2015), di Gedung DPR, Jakarta.

Ahmad menjelaskan, bahan baku Pertalite terdiri dari produk kilang yang tidak bermanfaat (naphtha), dengan kadar Research Octane Number (RON) 70 dicampur High Octane Mogas Component (HOMC) RON 92.

"Pertalite itu (bahan bakunya) naphtha dan HOMC. Naptha akan di-blending dengan HOMC," jelasnya.

Ahmad juga mengakui, HOMC yang akan dicampur dengan naphtha masih diimpor dari luar negeri. Hal itu karena kilang Pertamina masih terbatas dalam menghasilkan HOMC. Namun menurutnya, impor HOMC tak sebanyak impor Premium.

Hingga saat ini, Indonesia diketahui masih mengimpor Premium. Hal tersebut dikarenakan kapasitas kilang yang dimiliki Indonesia hanya mampu memenuhi 40 persen kebutuhan BBM khususnya Premium. Sisanya, sebanyak 60 persen Premium diimpor dari luar negeri dengan jumlah 10 juta barel per bulan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI