Suara.com - Indonesia bersama beberapa negara produsen karet di Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Thailand bersepakat untuk mempererat hubungan dagang masuk ke dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC).
ITRC nantinya akan dijadikan sebagai wadah bagi negara-negara anggota untuk mengatur harga dan pasokan karet dunia.
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan, dengan adanya ITRC harga komoditas karet dunia akan lebih jelas dan stabil.
"Selama ini harga karet sering melemah dan penyelesaian masalah pelemahannya selalu terlambat. Jadi dengan adanya ITRC harga karet lebih terjamin dan pasokannya terjaga. Tapi ingat ini bukan konsorsium ya," kata Rachmat, Rabu (22/4/2015), di Jakarta.
Selain itu, lanjut Rachmat, Kementerian Perdagangan juga akan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan harga jual karet dan meningkatkan serapan karet alam di dalam negeri dan dikelola sendiri oleh Indonesia.
Hal Ini mengingat dari total produksi yang mencapai 3,1 juta ton per tahun, serapan karet domestik hanya berkisar 18 persen yang sedianya dimanfaatkan oleh industri lokal.
Pemerintah pun berupaya meningkatkan penyerapan karet alam sebesar 100 ribu ton per tahun yang akan direalisasikan pada tahun ini.
Dengan begitu, total penyerapan karet alam domestik minimal mencapai 700 ribu ton.
"Salah satu caranya bisa dengan mengurangi ekspor bahan mentah. Kan sudah dilarang, jadi kalau mau ekspor harus berupa barang jadi. Ini juga untuk membuktikan bahwa Indonesia juga mampu memproduksi sendiri," jelasnya.
Selain Malaysia dan Thailand, Vietnam yang sebelumnya belum menjadi anggota ITRC pun telah bersedia untuk bergabung di forum tersebut.
Menteri Pertanian Vietnam Cao Duc Phat diketahui telah menyepakati usulan untuk bekerjasama dalam ITRC.
"Kemarin pas WEF saya jelaskan banyak tentang karet, ternyata Vietnam tertarik untuk bergabung, ini suatu keuntungan besar untuk semua pihak," kata Rachmat Gobel.