Suara.com - Sebanyak empat negara anggota ASEAN yakni Indonesia, Vietnam, Thailand dan Malaysia akan melakukan pembahasan dalam upayanya untuk meningkatkan harga komoditas karet dan kopi yang saat ini mengalami penurunan.
"Kita bersama-sama membahas untuk mengupayakan dan mengangkat kembali harga karet dan kopi yang saat ini jatuh," kata Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, seusai melakukan pertemuan bilateral dalam rangkaian acara World Economic Forum on East Asia (WEF-EA) di Jakarta, Minggu (19/4/2015).
Rachmat melakukan pertemuan dan pembicaraan dengan Menteri Pertanian Vietnam, Cao Duc Phat, dan menyatakan bahwa empat negara anggota ASEAN Thailand, Malaysia, termasuk juga Indonesia dan Vietnam akan membahas tentang upaya untuk menaikkan harga dua komoditas tersebut.
"Itu salah satu yang kita harapkan menjadi kisah sukses ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN akan diimplementasikan," katanya.
Diat menjelaskan, turunnya harga komoditas karet dan kopi tersebut sesungguhnya juga dirasakan oleh tiga negara lainnya, dan masalah tersebut diharapkan bisa dipecahkan dibawah kepemimpinan Malaysia pada ASEAN.
"Salah satu isu konkritnya itu, bagaimana kita bisa pecahkan di bawah kepemimpinan Malaysia," ujar Rachmat.
Pemerintah sendiri berkomitmen untuk meningkatkan serapan karet alam di dalam negeri, di mana saat ini dari total produksi yang sebanyak 3,1 juta ton per tahun hanya terserap 18 persen untuk kebutuhan industri lokal, dan sisanya diperuntukkan ekspor.
Pemerintah berupaya meningkatkan penyerapan karet alam sebesar 100.000 ton per tahun yang akan direalisasikan pada tahun 2015 ini. Sehingga, total penyerapan karet alam dalam negeri minimal mencapai 700.000 ton.
Penyerapan karet alam tersebut akan diperuntukkan bagi beberapa proyek infrastruktur nasional seperti dock fender dalam program pembangunan fasilitas pelabuhan, bahan campuran aspal jalan, rubber pads rel kereta api dan bantalan jembatan, dan lainnya.
Selain untuk mendukung pembangunan infrastruktur nasional, juga akan diterapkan kepada produk-produk berbasis karet alam lainnya yang dapat dikembangkan di dalam negeri yaitu karpet untuk sapi (cow mat), genteng karet, paving block, bearing bangunan antigempa, penguatan tebing, kasur lateks, dan banyak lainnya.
Langkah yang diambil oleh pemerintah tersebut, dikarenakan berlimpahnya pasokan karet dunia dan menyebabkan harga karet alam hanya sebesar 1,5 dolar Amerika Serikat per kilogram atau setara dengan Rp18.000 per kilogram.
Pada awal tahun, Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) menyatakan bahwa ekspor karet alam dari Indonesia pada 2015 diperkirakan sebanyak 2,5 juta ton, atau masih berada pada kisaran yang sama dengan tahun 2014.
Untuk pasar ekspor saat ini yang paling besar adalah ke Amerika Serikat, dimana ekspor karet mentah ke Negeri Paman Sam tersebut mencapai 400.000 ton per tahun, dan ekspor terbesar kedua adalah Jepang sebanyak 270.000 ton.
Selain itu, ekspor ke Tiongkok sebanyak 260.000 ton, India 136.000 ton, dan yang mulai mengalami kenaikan adalah ekspor karet alam ke Brasil sebesar 74.000 ton. (Antara)
Empat Negara ASEAN Bahas Peningkatan Harga Karet
Tomi Tresnady Suara.Com
Senin, 20 April 2015 | 01:00 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Messe Duesseldorf Ajak Industri Plastik dan Karet Indonesia Akselerasi Penerapan Industri Hijau Melalui Pameran K
22 November 2024 | 06:15 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Bisnis | 18:43 WIB
Bisnis | 18:36 WIB
Bisnis | 18:31 WIB
Bisnis | 18:20 WIB
Bisnis | 17:01 WIB
Bisnis | 16:33 WIB